"Saat itu, Sukino bilang akan memberikan sesuatu sebagai cinderamata dan pusaka. Tapi sampai waktunya pulang, hanya ketiga teman saya yang diberi sesuatu. Saya waktu itu tidak diberi apa-apa," katanya.
Pak Iswandi, akhirnya pulang naik mobil dengan penuh tanya, mengapa Sukino tidak memberi sesuatupun padanya?
Belum terjawab pertanyaan itu, tiba-tiba Pak Iswandi melihat ada sesuatu yang terbang mengejarnya. Sesuatu itu terbang dan berputar-putar seperti burung.
"Benda itu lalu jatuh di wiper mobil, dan saya berhenti untuk mengambilnya. Benda itu ternyata cuma sebilah bambu atau wilah," kata Pak Iswandi.
Tentu saja, wilah bambu itu terasa sangat istimewa bagi Pak Iswandi. Selain pemberian dari Sukino, caranya memberi juga aneh.
"Bagaimana mungkin wilah bambu yang hanya kecil bisa dilempar sejauh 4 kilometer mengejar saya yang naik mobil?" kenang Pak Iswandi.
Hingga kini, Pak Iswandi masih menyimpan wilah bambu itu. Benda sederhana itu baginya sangat istimewa dan berkesan, sehingga dia mencatat tahun pemberiannya di balik wilah bambu itu.
Pak Iswandi menuliskan pada wilah bambu itu: "Kenang-kenangan dari Bapak Sukino Suprobo tahun 1976. Dilempar kira-kira dari jarak 4 km".
Baca Juga: Praktik Pengoplosan LPG Bersubsidi di Purworejo Dibongkar Polda Jateng
Pak Iswandi mengaku saat itu tidak diberi tahu untuk apa wilah bambu itu. Lama dia tidak bisa bertemu lagi dengan Sukino untuk bertanya perihal wilah bambu itu.
"Tapi kira-kira setahun kemudian saya baru bisa bertemu lagi dengan Sukino, dan bertanya tentang wilah bambu itu," kata Pak Iswandi, yang mengaku sering datang sambil berziarah di makam keramat Gunung Tutup. *