HARIAN MERAPI - Sebuah kisah horor dikejar hantu wedon 1.
Ada kain putih yang melayang dan jatuh dari pohon.
Malam Ramadan yang dinantikan banyak orang telah tiba. Jamaah masjid seketika membludak, sehingga masjid tidak mampu memuat jamaah.
Baca Juga: Pemkab Subang Antisipasi Perdagangan Anjing untuk Dikonsumsi
Dari anak balita, para remaja, ibu-ibu dan bapak-bapak, hingga para manula, semua memenuhi seisi masjid bahkan sampai menggelar tikar di luar masjid.
Yang terjadi kemudian adalah saling berdesakan dan berebutan, sehingga ibadah menjadi tidak khusyuk.
Belum lagi gelak tawa para remaja dan balita yang berlarian kesana kemari membuat suasana masjid menjadi riuh dan gaduh.
Akhirnya pada saat sebelum ceramah tarawih, Ketua Takmir Masjid terpaksa memberikan pengumuman bahwa mulai besok malam untuk para balita dan para wanita dikhususkan salat tarawih di rumah Eyang Kowo.
Baca Juga: Begini ritual tahunan di Jogja, pelaku wisata untung
Esok malam pun tiba. Rumah Eyang Kowo yang besar dan luas lebih dari cukup menampung para balita dan para wanita di desa kami.
Seperti biasa, pada saat ceramah tarawih, bukannya jemaah wanita mendengarkan ceramah dengan khidmat, tapi yang terjadi adalah saling berbicara, bercerita, mengobrol, bahkan bergosip ria.
Saat itu, aku dan teman-teman yang kepanasan setelah Isya berjamaah memilih untuk duduk-duduk di teras sambil mengobrol menunggu tarawih.
Teras rumah besar ini berhadapan langsung dengan alas atau semacam hutan kecil di pinggir desa kami. Banyaknya pepohonan membuat angin semilir menyapu keringat kami yang menetes dan membasahi baju.
Baca Juga: Kopdar Kamajaya Business Club, Ajang Himpun Alumni Praktisi Dukung Kampus UAJY