HARIAN MERAPI - Kisah cerita misteri ilmu teluh 1, Bola api itu tidak membakar daun yang dilewati.
“Monggo mas Raka, mba Santi, saya duluan.” Sapa bu Ratih dan suaminya yang lewat mengendarai motor barunya ketika aku dan mas Raka, suamiku sedang membersihkan halaman depan.
“Njih Bu, Monggo. Dari mana Bu? “tanyaku.
Baca Juga: Ini penyebab dua pesawat Super Tucano jatuh di Pasuruan
“Ini dari belanja sayur. Mas Bayu dan Nila pengen makan bayam katanya.”
“Hem…keluarga yang harmonis ya Mas. Pak Bayu ganteng, kerjaan bagus, gaji besar. Bu Ratih cantik, lembut dan anggun. Kelihatannya juga sangat penyabar. Nila, anaknya itu juga cantik dan pintar. Benar-benar keluarga yang sempurna. Semoga keluarga kita seperti itu ya mas.”
“Hush, kamu itu. Kok pingin yang dimiliki orang. Belum tentu yang mereka alami sama seperti yang terlihat lho. Hati dan perasaan orang kan tidak ada yang tahu. Sahut suamiku.
Suamiku memang bukan orang yang senang diajak ngomongin orang lain, apalagi tetangganya sendiri. Namun sepengetahuanku sejak menikah lima bulan lalu dan tinggal di kampung mas Raka, keluarga itu sangat bahagia.
Baca Juga: Ada yang berbeda dalam acara tasyakuran HUT Brimob Ke-78 di Polres Sukoharjo
Karena itu aku berharap bisa merasakan kebahagiaan mereka. Pak Bayu selalu mengantar bu Ratih kemana saja, meski hanya pergi ke warung untuk belanja sayur. Dari sisi ekonomi, mereka juga terlihat berkecukupan.
Bukan aku membandingkan dengan apa yang diperoleh suamiku. Toh selama menjadi istrinya aku tidak pernah merasa kekurangan.
“Mas, itu apa?” Aku yang malam itu sedang duduk di teras bersama mas Raka kaget. Ada sebuah benda seperti bintang berukuran kecil yang kemudian membesar sebesar bola sepak berwarna kuning berapi.
“Astaghfirullah!” mas Raka yang melihatnya terlihat sangat kaget. “Duh, apa itu Dek? Mas juga nggak tahu.”'
Baca Juga: Termasuk Pasar Kartasura, Pemkab Sukoharjo Siapkan Proyek Besar pada 2024
Bola api itu nampak aneh karena tidak membakar daun yang dilewati. Sekilas bola itu nampak berputar di atas rumah bu Ratih. Jelas sekali, karena tidak ada daun atau penghalang lain sehingga aku dan mas Raka bisa melihatnya.