kearifan

Perayaan Maulid Nabi, bukti besarnya kecintaan umat kepada Nabi Muhammad Saw

Kamis, 28 September 2023 | 21:55 WIB
Suasana perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw di Masjid Jami Al Hikmatul Mubarokah, Parung, Bogor, Jawa Barat. (ANTARA/Sizuka)

HARIAN MERAPI - Setiap tahun di Bulan Rabiul Awal, umat Islam di Tanah Air berbondong-bondong menyemarakkan perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw, bukan hanya dalam hitungan hari, di sejumlah daerah peringatan ultah Nabi, bahkan bisa berlangsung hingga tiga bulan.

Panjangnya durasi perayaan ultah Nabi barangkali bisa disetarakan dengan betapa besarnya kecintaan umat pada rasul pamungkas itu.

Dan besarnya cinta itu, selayaknya dibarengi dengan pengamalan sunah dari sang idola. Jangan sampai, umat hanya hebat dalam mencinta, gemuruh dalam berselawat, tetapi pola laku dalam kehidupan tidak mencerminkan sebagai pengikut Muhammad Saw.

Baca Juga: Tak Seperti Biasa, Latihan PSS Sleman di Pakem Didatangi Banyak PSS Fans Jelang Lawan Arema FC, Ini Alasannya

Karena reputasi agama (sesungguhnya) ada pada perilaku penganutnya, sehingga tak perlu reaktif terhadap gangguan dari pihak eksternal, semisal penghinaan atas simbol agama. Dipastikan, agama tidak akan menjadi hina hanya gara-gara dinista oleh para penentangnya.

Jika tidak hati-hati, justru wibawa agama sering diruntuhkan oleh penganutnya sendiri. Mudah tersinggung berlebihan dengan perilaku yang dinilai melecehkan agama adalah perilaku yang tidak disadari justru kita yang mencoreng agama, dengan menunjukkan tindakan yang tidak pernah dilakukan oleh Nabi.

Islam melarang umatnya untuk merusak tempat ibadah umat agama lain.

Cinta, adalah tentang cara menyenangkan orang yang kita cintai. Kaum Muslim yang mengaku memiliki kecintaan agung terhadap sang Nabi hingga merayakan Maulid selama berbulan-bulan, menggaungkan selawat untuknya setiap saat, sudahkah menyenangkan beliau?

Baca Juga: Munculnya varian baru tak ubah tingkat keparahan Covid-19, begini penjelasan WHO

Hikayat Nabi dalam berbagai literasi menggambarkan sikap toleran dari putra pasangan Abdullah dan Aminah itu. Para pecinta, umumnya akan meniru sikap dan gaya hidup sosok inspiratornya. Bila lain dan berbeda, bisa jadi mereka adalah umat anomali.

Memperingati hari kelahiran nabi, berselawat, dan menjalani sunahnya adalah bagian dari refleksi kecintaan umat terhadap Rasulullah. Namun pada teknis pelaksanaanya kadang terasa kurang tepat. Berikut adalah beberapa hal yang biasanya menimbulkan rasa "semacam ada yang kurang pas" dari ekspresi cinta itu.

Peringatan Maulid Nabi adalah salah satu cara mengagungkan Rasulullah, karenanya proses penyelenggaraan semestinya dilakukan secara terhormat, termasuk dalam upaya menyelenggarakan peringatan, dengan tidak menggantungkan dana kepada pihak lain.

Realita lain yang juga harus menjadi refleksi bersama dalam perayaan milad Nabi atau gema selawatan oleh kelompok pecinta Rasul yang digelar di jalan raya dengan menggunakan sebagian jalan. Kegiatan yang bagus, namun diselenggarakan tanpa mengindahkan kepentingan umum juga perlu menjadi renungan bersama, sehingga tidak mengganggu kepentingan umum.

Baca Juga: Panas Ekstrem Kemarau, Peternak di Sukoharjo Sulit Penuhi Kebutuhan Pakan Ternak Rumput Segar

Seremoni perayaan maulid Nabi sudah spatutnya tidak sekadar menjadi ajang saling meriah antarkampung, namun memiliki esensi untuk betul-betul meneladani semua laku dan perilaku Nabi yang menjadi panutan umat.

Halaman:

Tags

Terkini

Cerita misteri saat pentas malam pelepasan mahasiswa KKN

Sabtu, 13 September 2025 | 22:00 WIB