Hari itu sudah waktunya pengusaha warung bakso tersebut memberi “cadhong”. Hatinya galau. Pasalnya, Kang Tupon, yang biasa mencari burung gagak sedang pergi ke Lampung, menengok saudaranya yang sakit.
“Biarlah, sekali-sekali aku ganti cadhongnya dengan sate ayam cemani,” pikir Lik Mangir. Memang, tanpa dibantu Kang Tupon, Lik Mangir kesulitan mendapatkan burung gagak untuk dibuat sate.
Baca Juga: IDAI ingatkan pentingnya masker untuk melindungi anak-anak dari polusi yang makin tercemar
Jadilah, hari itu si buto Terong diberi sajen sate daging ayam cemani.
Tengah malam Lik Mangir terbangun karena kaget. Tidak tahu siapa yang melakukan, sate ayam cemani tersebut seperti sengaja ditumpahkan di wajahnya.
Keruan saja dia gebres-gebres. Mukanya belepotan kecap manis, sate ayam cemani, irisan brambang dan irisan lombok rawit.
Isterinya yang ditanyai tentang hal itu juga tidak tahu-menahu. “Yah, dia ternyata tidak mau aku apusi…,” gumam Lik Mangir. (Seperti dikisahkan FX Subroto di Koran Merapi) *