HARIAN MERAPI - Kisah pengalaman mistis dialami Pak Jiman yang jadi penjual bakmi Jawa.
Sebelum berjualan ia biasa melafalkan mantra agar jualannya laris.
Namun suatau malam setelah melafalkan mantra ia malah mendapat pembeli rombongan hantu.
Baca Juga: Kapolres Salatiga pecat dua polisi berpangkat Aipda dan Bripka, tersandung kasus narkoba dan desersi
Setiap akan memulai pekerjaannya berjualan bakmi Jawa, Pak Jiman (bukan nama sebenarnya) selalu melafalkan mantra bernuansa Kejawen.
Diucapkan lirih: "Semar dhasar, Gareng ngereng, Petruk celuk-celuk, Srikandi kang ndodoli, Janaka kang nukoni." Tanpa mengucapkan mantra tersebut menurut pengalamannya, dagangannya tidak laris-manis.
Seperti biasa menjelang Maghrib, Pak Jiman sudah bersiap akan memulai pekerjaannya. Bersama istri dan dua orang tenaga pembantunya menuju warung bakmi miliknya yang berjarak seratus meter dari rumah tinggalnya.
Benar saja. Belum lagi warungnya dibuka, sudah terlihat beberapa orang menunggu. Begitu pintu dibuka, byuuur...mereka berebutan mencari tempat duduk yang tersedia.
Baru beberapa saat, satu-dua orang terlihat tidak sabar menunggu. Memasak bakmi menggunakan arang dan anglo sebagai kompor, adalah kebiasaan Pak Jiman.
Tak hanya itu, bakmi tersebut dimasak tidak berbarengan. Tapi porsi demi porsi. Tentu saja dengan konsekuensi, pembeli harus sabar menunggu.
Baca Juga: Kampanye Makanan Lokal B2SA, Dibutuhkan Komisi Pengawasan Pupuk Kimia
"Cepat, Pak...! Sudah lapar nih...," terdengar teriakan bersahutan dari ruang sebelah, tempat pembeli menunggu.
Namun apa daya, Pak Jiman tidak mungkin bisa memasak dengan cepat puluhan porsi bakmi pesanan pembeli, apalagi berbarengan.
"Saya bakmi goreng! Saya mi godhog! Saya magelangan!" teriakan puluhan pembeli hampir berbarengan dengan suara semakin lantang. Suasana menjadi gaduh dan riuh. Membuat Pak Jiman kisruh dan buyar konsentrasi memasaknya.
Seperti ada yang mengomando, tiba-tiba mereka merangsek ke ruang Pak Jiman memasak. Mengambil dan memakan apa saja yang ada disitu.