HARIAN MERAPI - Sebuah kisah misteri pernikahan antara Siti dengan Wahid karena perjodohan.
Mereka ingin bercerai karena merasa tidak cocok tapi dilarang arwah nenek mertua.
Pernikahan Siti dengan Wahid (nama samaran) adalah karena perjodohan. Siti mulanya merasa seolah-olah dijebak oleh bapaknya sendiri.
Dia yang bekerja di Jakarta mendadak diminta bapaknya untuk pulang. Mengira bahwa ada masalah urgen, Siti menuruti. Tidak disangkanya, bapaknya sudah mengatur perjodohannya dengan anak mantan kepala desa.
Saat itu tentu saja dia sudah menolak mentah-mentah. Pula karena dia sudah memiliki seorang kekasih. Namun bapaknya mengotot. Ibunya terus membujuk. Bahkan bapaknya mengancam bahwa hidupnya berada di genggaman Siti.
Sebab bapaknya sudah kadung menerima lamaran. Malu yang sangat apabila mengingkari. Mau tidak mau, Siti akhirnya mencoba ikhlas menjalani pernikahannya.
Siti berupaya menerima Wahid apa adanya. Bahwa Wahid lelaki yang kurang mandiri, bukan pekerja keras dan sehari-harinya hanya menunggu warung.
Di tahun pertama pernikahannya, Siti berharap dengan kelahiran anak yang dikandungnya nanti, bisa mengubah watak dan sikap Wahid. Akan tetapi hingga usia anaknya empat tahun, Wahid tidak kunjung berubah.
Wahid masih saja terus-menerus tergantung secara finansial kepada keluarganya. Siti jengah. Hatinya berkecamuk. Dia akhirnya memilih purik. Untuk kesekiankalinya, dia pulang ke rumah orang tuanya.
Mengadu pada keluarganya bahwa dia sudah tidak sanggup bertahan lagi. Dia menganggap pernikahannya sudah tidak memiliki
masa depan.
Sebagai seorang mudin (Kaur Kesra), bapak dari Siti merasa dilema. Dia yang biasa membantu mengurus perceraian warganya tetapi pada akhirnya dia dihadapkan pada hal serupa. Tentang akhir pernikahan putrinya sendiri.
Berkali-kali dibujuk dan dinasihati, Siti tidak berubah pikiran. Dia sudah mantap bercerai. Akan tetapi kebulatan tekad Siti itu luruh sendiri ketika suatu malam dia bermimpi.
Mimpi itu terasa amat jelas dan nyata. Arwah nenek mertua yang dahulu menyayanginya datang menasihatinya. Beliau sambil menangis memintanya bersabar dalam menghadapi cucunya.