HARIAN MERAPI - Filosofi kendi sebagai kekayaan budaya Nusantara 4, ternyata acap kali digunakan sebagai pelengkap sesaji.
Kendi pada upacara sakral juga digunakan pada upacara pemberangkatan jenazah menuju pemakaman. Dalam upacara ini terdapat tradisi memecahkan kendi dan membawa kendi yang telah diisi air untuk disiramkan ke atas kuburan.
Tujuan dari tradisi ini agar menyejukkan arwah yang meninggal. Selain itu, kendi juga digunakan pada acara-acara pengukuhan atau penobatan pejabat, pemberian nama, dan sebagainya.
Pemecahan kendi atau menyiramkan air dari kendi menjadi simbol kesejukan yang kedamaian yang dipercaya oleh banyak orang.
Kendi juga digunakan dalam kesenian tari, yakni tarian Bondan dari Surakarta. Seorang anak wanita menggendong boneka mainan dan payung terbuka serta menari di tas kendi.
Filosofi tarian ini adalah anak ini harus menari dengan hati-hati agar kendi tidak pecah sehingga memberikan simbol gerak yang bermakna seorang ibu yang menjaga anak-anaknya dengan penuh hati-hati dan kasih sayang.
Tidak berbeda dengan fungsi sebelumnya, pada masyarakat Tengger, kendi miniatur juga digunakan sebagai pelengkap sesajen.
Masyarakat Bali juga menggunakan kendi untuk acara keagamaan, bahkan dalam permainan tradisional kendi juga digunakan anak-anak sebagai mainan rumah-rumahan atau pasar-pasaran.
Keberadaan kendi yang masih mendominasi dijumpai dalam masyarakat Indonesia dengan usia yang sudah sangat lama menunjukkan kekuatan budaya dan filosofi makna masih sangat relevan.
Bahkan, bentuk dan fungsinya selalu dimanfaatkan masyarakat untuk memenuhi ragam kebutuhan. Kendi bukanlah sekadar wadah air minum dan bukanlah sebuah hasil karya tangan manusia dari tanah liat.
Bagi masyarakat Indonesia, khususnya Jawa, kendi juga berarti kehidupan karena menjadi tempat penampung air untuk diminum. Bahkan air adalah sumber kehidupan bagi semua orang.
Filosofi kendi telah diterapkan oleh masyarakat Jawa sebelum era individualisme hadir di masyarakat.
Menaruh kendi yang berisi air matang di depan rumah menjadi perwujudan kendi sebagai solidaritas terhadap sesama yang membutuhkan, haus dalam perjalanan, dan sebagainya.