HARIAN MERAPI - Kisah cerita horor teror hantu pohon asam 1, pulang dari 'ngalong' perasaan tidak enak.
Tinggal di daerah yang masih cukup kental dengan mitos-mitos mengenai hal mistis dan gaib membuatku tumbuh dengan pemahaman bahwa lingkunganku adalah tempat yang angker ketika malam hari.
Namun seiring berjalannya waktu, aku mulai menyadari bahwa hal itu merupakan doktrin orang tua supaya anak-anaknya tidak pergi malam hari atau keluyuran.
Baca Juga: Skater Mania Wajib Merapat, Pasar di Yogyakarta Ini Sediakan Arena Skateboard dan BMX
Dan karena berbagai alasan lain, seperti tidak ada bukti hal itu benar-benar terjadi, dan aku yang tidak pernah melihat hal itu terjadi secara langsung.
Puncaknya adalah ketika aku mulai "ngalong" di pondok pesantren di daerah tempat saya tinggal, namanya Ponpes Hidayatul Mubtadiin.
Ngalong adalah istilah yang digunakan untuk menyebut kegiatan mengaji di malam hari yang dilakukan oleh santri kampung atau yang tidak tinggal di pondok pesantren.
Biasanya santri kalong berangkat bakda maghrib dan pulang sekitar jam 10 sampai jam 12 tergantung ada jam tambahan atau tidak.
Aku sangat sering pulang ke rumah malam hari menjelang tengah malam. Waktu yang bagi orang di desaku adalah adalah waktu yang digunakan "setan" untuk mencari mangsa.
Bahkan ketika malam jumat, aku hampir selalu pulang tengah malam, karena kegiatan di pondok pesantren baru berakhir pukul 11:30.
Baca Juga: 13 Film Dokumenter Karya Mahasiswa UMY Bersaing dalam Festival Paradok, Ini Daftar Pemenangnya
Tetapi aku tidak pernah menemukan sesuatu apapun di jalan seperti yang sering diceritakan orang-orang.
Hal itu pun membuatku semakin yakin bahwa yang mereka ceritakan, kisah-kisah tentang mereka yang tak berkepala, mereka yang menangis dan tertawa, atau yang mati gantung diri dan lainnya memang tak pernah ada dan hanya mengada-ada.
Sudah 2 bulan sejak awal mula aku ngalong di pondok. Semakin lama pula waktu yang kuhabiskan di sana. Kadang aku pulang tepat pukul 12 atau bahkan lewat dari jam tersebut.
Kegiatan di pondok pun mulai padat, dari kegiatan mengaji, hafalan, hingga persiapan lomba. Ketika itu aku terpilih menjadi salah satu kontingen MQK cabang nahwu ula.