Bulan demi bulan berlalu. Desas-desus warga desa mengatakan Warsidi dan Siti kian dekat. Beberapa warga pernah memergoki mereka pergi berdua saja. “Aku pernah melihat mereka keluar dari hotel,” ujar Hartono.
“Mereka pasti sudah menikah siri,” sambar Yanto.
Baca Juga: Argentina gasak Australia 2-0 dalam pertandingan persahabatan, begini jalannya pertandingan
“Istri Warsidi tahu tidak ya?” tanya Bambang.
Demikianlah kabar itu beredar ke seantero desa. Rumor itu sampai juga ke telinga Erin, istri Warsidi.
Malam itu rembulan tidak tampak. Awan hitam menutupi langit. Suara hewan malam bersahut-sahutan. Warsidi sedang duduk-duduk di depan teras rumah sambil merokok.
Erin datang sambil membawakan kopi. Ia sajikan kopi itu di meja. “Siti apa kabarnya Pak?” tanya Erin. Warsidi mengisap rokoknya dalam-dalam untuk menutupi rasa terkejutnya.
“Baik.” jawab Warsidi singkat. “Ia cantik ya,” tanya istrinya lagi. Warsidi hanya diam tidak menjawab.
Tidak jauh dari rumah mereka, suara sepeda motor terdengar. Di atas motor itu, Ngadiyo, seorang tukang ojek, sedang mengantar Siti pulang ke rumah.
Baca Juga: Wow.. ini beasiswa yang disediakan UKSW Salatiga, per tahun Rp 20 miliar untuk 1.800 orang
Siti baru selesai manggung di desa sebelah. Di tengah jalan, motor Ngadiyo ditabrak. Beberapa orang lalu menghajarnya hingga pingsan.
Beberapa yang lain memegang tangan Siti yang hendak kabur. Malam semakim muram saat suara-suara hewan kian bersahut-sahutan menenggelamkan teriakan Siti yang tidak semerdu suaranya saat bernyanyi.
Sejak kejadian itu, beberapa warga desa kerap mengaku mendengar suara perempuan sedang menyanyi saat tengah malam. Konon kabarnya, suaranya persis sama dengan suara Siti.
Saat mereka mencari asal suara itu tiba-tiba saja suara itu menghilang.
Sejak saat itu pula Warsidi sering bermimpi kedatangan perempuan berwujud Siti yang selalu menyanyi lagu yang sama. (Seperti dikisahkan M. Ardi Kurniawan UAD di Koran Merapi) *