HARIAN MERAPI - Petilasan Keraton Pajang di Desa Makamhaji, Kartasura, Sukoharjo, dulu disebut Gumuk Gedhong Pusoko. Sejak dulu dikenal keramat dan gawat.
Juru kunci mengatakan, Petilasan Keraton Pajang disebut Gumuk Gedhong Pusoko karena ada riwayatnya di masa lalu.
Menurutnya, Petilasan Keraton Pajang disebut Gumuk Gedhong Pusoko karena dulu merupakan gumuk atau bukit kecil yang rimbun.
Baca Juga: Kerajaan Pajang surut setelah Joko Tingkir wafat, Pangeran Benowo serahkan tahta ke Mataram
Tempat itu dikenal gawat, karena sering muncul penampakan mahluk halus dan pusaka ghaib.
Buaya putih yang dikenal sebagai anak buah Joko Tingkir, konon juga pernah menampakkan diri di pinggir Kali Brojo yang mengalir di barat kompleks Petilasan Keraton Pajang tersebut.
Nama Gedhong Pusoko juga karena seringnya terjadi penampakan beragam pusaka secara tiba-tiba, sekejap melayang, lalu hilang di atas langit Petilasan Keraton Pajang.
Edi Jasmin, juru kunci terdahulu juga pernah mengatakan kalau Petilasan Keraton Pajang itu dijaga raksasa bernama Joko Blewah.
Baca Juga: Antrean Haji di Kabupaten Kulon Progo Mencapai 33 Tahun
“Karena logat atau dialek setempat, Blewah lebih popular dengan sebutan Slewah,” kata Edi Jasmin.
Namun sebagai bekas bangunan keraton, Petilasan Keraton Pajang tidak menyisakan banyak peninggalan.
Di petilasan itu hanya terdapat dua batu umpak, yang salah satunya dipercaya sering digunakan bertapa oleh Joko Tingkir.
Peninggalan lainnya adalah padasan kuno dan sebuah batu berlubang bekas tempat menumbuk jamu yang disebut Eyang Klenteng.