Sinar itu pas mengenai mata Jumilah.
Makin lama sinar itu perlahan lahan berubah menjadi warna kuning akhirnya menjadi warna abu abu lalu menghilang.
Baca Juga: Tips sukses berjualan daring, ikuti petunjuk pakar komunikasi
Hilangnya sinar tersebut disusul dengan munculnya suara dari growongan pohon sukun itu.
Suara itu mirip suara ayahnya :
“Nduk jangan kuatir meskipun kamu sendirian. Petiklah buah sukun itu sebanyak 17 buah dan juallah ke pasar, pulang dari pasar siramlah pohon sukun itu dengan air bunga”.
Suara itu akhirnya menghilang dari pendengaran Jumilah.
Jumilah akhirnya terkejut mendengar suara itu.
Iapun berpikir suara yang terdendar itu suara ayahnya sedangkan ayahnya telah meninggal dunia 6 bulan yang lalu.
Namun hal itu tidak jadi masalah yang pokok ia akan melaksanakan perintah suara tersebut.
Baca Juga: Kembang Laruk 50: Perjalanan ke kampung gaib pun berlanjut tanpa diikuti Koco dan Andris
Jam 01.00 WIB (dinihari) iapun pulang dengan penuh tanda tanya memikirkan apa yang baru terjadi itu.
Sampai rumah ia lalu tidur. Memang ia tidurnya tidak bisa pulas mengingat masih banyak problem yang dihadapinya.
Pagi harinya ia minta tolong tetangganya untuk memetik buah sukun seperti yang diminta oleh suara yang ia dengar waktu berdoa dibawah pohon sukun. (Seperti dikisahkan Drs. Subagya di Koran Merapi) *