“Memang kenapa?” Tanya Margono walau sebenarnya Margono tahu jika Barjono takut.
“Sudahlah, tenang Bar, kan sudah menggelar tikar disini, kopi juga nyamuikan pun sudah siap. Lagian aku nggak tidur kok, hanya pengin ngilangin kantuk,” lanjutnya menenangkan Barjono.
Barjono diam, lalu mengambil rokok, menyelipkan rokok di bibirnya sembari tanganya merogoh-rogoh kantong mencari korek.
Dalam gelap tiba-tiba ada tangan yang menyalakan korek, kemudian menyundutkan ke rokok Barjono.
Barjono pun menghisap, rokok pun menyala.
Bersamaan dengan itu, “GRRRRRooook.....!” Terdengar suara dengkur.
“Hah! Margono sudah ngorok, sambil ia melihat Margono yang menggeletak di tikar.
“Siapa yang memberiku api?” Barjono takut, ia mendekat ke Margono. Margono bangun, “Ada apa?” Tanyanya.
“Yuk kita pindah,” ajak Barjono sambil terus menyalakan senternya.
Margono paham, dan segera berkemas, segera menstarter truknya kemudian berangkat, “Aku jadi hilang letih lesuku,” tukasnya.
Dan dalam perjalanan Barjono menceritakan kejadianya. Margono pun tertawa,
“Ya seharusnya kamu berterima kasih ta.” (Seperti dikisahkan Bagong di Koran Merapi) *