Bahan baku saja selalu meluber karena gudang penuh, apalagi membangun sarana yang kurang urgent.
Karena masjid diakses juga oleh karyawan shift malam saat jam istirahat, beberapa sopir memilih berada di truknya.
Pagi-pagi setibanya Diah di parkiran, seorang sopir mencegatnya.
Diah selalu lebih awal sampai di pabrik karena dia sekalian mengantar anaknya yang SD berangkat sekolah.
"Ada apa, Mas?" tanya Diah kecut. Dia merasa tak nyaman belum jam kerja sudah dikejar-kejar sopir.
"Mbak, saya dimuat paling awal kan?"
"Harusnya secara urutan begitu, Mas. Namun kadang ada perintah khusus dari supervisor untuk mendahulukan truk dengan tujuan tertentu."
"Usahakan saya yang dimuat duluan ya, Mbak. Surat jalannya tolong juga dipercepat ya, Mbak," sopir memohon dengan raut memelas.
"Memang ada apa, Mas?" Diah menyelidik. Mata sopir itu tampak merah, wajahnya kuyu, sepertinya kurang tidur.
"Saya trauma, Mbak."
"Hah trauma?! Kenapa?"
Sejurus kemudian sopir itu pun bercerita panjang lebar.
Bermula dia yang memilih istirahat di truknya karena masjid penuh.