Ki Ageng Makukuhan sosok penyebar agama Islam di kawasan Gunung Sumbing - Sindoro

photo author
- Sabtu, 13 September 2025 | 19:30 WIB
Tombak Kyai Garu (bawah) dan Keris Kyai Sumpyuh (atas). (Amat Sukandar)
Tombak Kyai Garu (bawah) dan Keris Kyai Sumpyuh (atas). (Amat Sukandar)

HARIAN MERAPI - Ki Ageng Makukuhan mengemban tugas suci syiar agama Islam di Tanah Jawa khususnya di kawasan sekitar Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro.

Ki Ageng Makukuhan yang juga disebut Ki Ageng Kedu, Sunan Kedu dan Syeh Maulana Taqwim.
Dia adalah putra dari Ma Hwa Jin atau Ki Ageng Brondong, karena tempat tinggalnya di
Brondong, Lasem, Jawa Timur.

Ki Ageng Makukuhan nama aslinya Ma Kauw Han. ‘Ma’ berarti Muhammad, ‘Kauw’ artinya tuan yang diagungkan atau raja dan ‘Han’ bermakna tunggal. Disebut Ki Ageng Kedu karena tempat tinggalnya di Kedu, Kabupaten Temanggung.

Baca Juga: Dalami data ibadah haji di BPH, KPK periksa Kapusdatin Moh. Hasan Afandi

Ki Ageng Makukuhan adalah seorang ‘nukibah’ (ulama) yang bijaksana (‘bawa leksana’). Artinya, baik budi dan senang memberi.

Senang memberi pakaian kepada orang yang telanjang, senang memberi pangan kepada orang kelaparan, senang memberi air kepada orang kehausan, senang memberi suluh kepada orang yang dalam kegelapan, senang memberi tongkat kepada orang yang berjalan di tempat licin.

Disamping itu Ki Ageng Makukuhan juga mempunyai kepiawaian menyembuhkan orang
sakit dan senang laku prihatin.

‘Bawa leksana’ merupakan sifat luhur yaitu, ‘ambeg paramarta’ dan pemaaf, teguh dan kokoh seperti gunung baja.

Baca Juga: Islam dan lingkungan hidup

Perkataannya tidak diulang-ulang, memiliki kesabaran, yang pantas menjadi suri tauladan bagi sesama manusia dan tanpa membeda- bedakan agama.

Ki Ageng Makukuhan juga memiliki pusaka sebagai sarana dalam kehidupannya yaitu Keris Kyai Sumpyuh, sarana untuk menyembuhkan orang sakit, sakit jiwa atau pun sakit raga.

Pusaka tombak Kyai Garu, sebagai sarana untuk kemakmuran dan kesuburan dalam bertani. Kedua pusaka tersebut kini dirawat sesepuh ‘Padepokan Makukuhan’ H. Chabib Sudarmadi di Magelang sejak tahun 1973. Dia masih trah keturunan Ki Ageng Makukuhan.

Kisah perjalanan syi’ar agama Islam Ki Ageng Makukuhan menurut penuturan H. Chabib Sudarmadi, sekitar abad ke-XV pada jaman Kesultanan Demak di daerah Kudus ada sebuah Pondok Pesantren di desa Glagahwangi yang dipimpin Sunan Kudus.

Baca Juga: Menanti Janji Menkeu Purbaya Usai Mengaku Yakin Ekonomi RI Balik Arah di Oktober dan Pulih Akhir 2025

Kala itu Kerajaan Majapahit sudah mulai surut kewibawaannya, wilayah kerajaan hanya
tersisa daerah-daerah kecil.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Swasto Dayanto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Cerita misteri saat pentas malam pelepasan mahasiswa KKN

Sabtu, 13 September 2025 | 22:00 WIB
X