Kyai Ageng Karotangan mengajarkan Islam di daerah Paremono sekitar Magelang dengan contoh nyata

photo author
- Sabtu, 30 Agustus 2025 | 17:45 WIB
Peserta Nyadran Kyai Ageng Karotangan. (MERAPI-AMAT SUKANDAR)
Peserta Nyadran Kyai Ageng Karotangan. (MERAPI-AMAT SUKANDAR)

HARIAN MERAPI - Usai membabat alas di dataran Kedu/Magelang, Kyai Ageng Karotangan pulang kembali ke Mataram.

Namun ketika sampai di suatu wilayah di kaki barat Gunung Merapi, dia menjumpai beberapa mata air, yaitu Mataair Combrang dan Cebol di desa Paremono. Di sini dia melihat hamparan tanaman padi yang tumbuh subur.

Persawahan ini sekarang disebut sawah Jomblang, di sebelah selatan dusun Paremono. Di sini dia bertemu dengan seorang petani warga desa itu bernama Kyai Jomblang. Kyai Ageng Karotangan heran, karena di daerah ini terdapat hamparan luas tanaman padi. Kemudian dia berkata, “Wis ana pari.” (Sudah ada padi).

 

Versi ceritera yang lain menyebutkan, ketika Kyai Ageng Karotangan melihat banyak sumber air dengan tanah yang subur, kemudian dia pergi ke Kedu untuk minta bibit padi rajalele kepada Kyai Ageng Makukuhan.

Permintaan itu dikabulkan dan disuruh mengambil sendiri bibit padi itu secukupnya. Dengan menggunakan tangan Kyai Ageng Karotangan mengambil bibit padi itu di sawah lereng Gunung Sumbing dan dilemparkan ke arah selatan.

Lemparan bibit padi itu jatuh di dekat sungai kecil di perbatasan desa yang kini bernama Paremono dengan Rambeanak. Di sini bibit padi itu tumbuh subur dan menjadi tanaman andalan petani.

Menjumpai sebuah desa dengan pemandangan yang indah dan tanahnya subur, Kyai Ageng Karotangan dan para pengikutnya memutuskan untuk tidak kembali ke Mataram di Mentaok. Dia memutuskan untuk bertempat tinggal di daerah ini.

 

Kini daerah ini kini dikenal dengan nama desa Paremono, dari asal kata “pari” (padi) dan “ana” (ada), berubah menjadi “pariana” dan akhirnya “paremana” (yang ditulis “Paremono”).

Di Paremono ini Kyai Ageng Karotangan mulai aktif menyebarkan agama Islam ke beberapa daerah di sekitar Magelang.

Dia berdakwah menyesuaikan petunjuk Dewan Walisanga. Kyai Ageng Karotangan juga mengajarkan cara bercocok tanam yang baik kepada warga desa.

Dalam mengajarkan agama Islam, dia lebih banyak memberikan contoh. Misalnya, saat tiba waktu sholat dhuhur di sawah, beliau tak segan-segan meminta air wudhu kepada warga dan melaksanakan sholat di tempat terbuka.

Baca Juga: Dukung Kesejahteraan Lansia di Kulon Progo, Ini yang Dilakukan Kemenkum DIY

Ketika ada orang yang penasaran dan bertanya tentang apa yang dilakukannya, dia menjelaskan bahwa sholat yang dilakukannya itu adalah cara berdoa untuk memohon berkah kepada Allah Yang Maha Kuasa agar diberi hasil panen yang melimpah.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Swasto Dayanto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Cerita misteri saat pentas malam pelepasan mahasiswa KKN

Sabtu, 13 September 2025 | 22:00 WIB
X