Sudah pasti HP mahal. Dia sampai tua pun tak akan sanggup membeli HP semacam itu.
Baiklah, Mudi akhirnya memasukkan HP tersebut ke dalam tas untuk dia berikan pada Tutut nanti saat pulang.
Jam sebelas malam adalah waktu Mudi untuk pulang. Seperti biasa dia akan minum kopi dulu sebelum berangkat pulang karena dia tidak ingin mengantuk selama perjalanan yang jauh ini.
Apalagi dia harus kembali melewati jalan yang diapit perkebunan kopi yang sangat luas yang tentu saja sangat sepi tengah malam begini.
Biasanya hanya ada satu dua bus malam yang lewat, atau truk-truk muatan yang berjalan lambat karena harus mendaki tanjakan.
Ketika melewati jembatan, tiba-tiba Mudi melihat ada kerumunan orang di tengah
jalan di mulut jembatan yang panjang. Awalnya Mudi penasaran, namun mengingat ini sudah sangat malam, maka dia memilih untuk menghindari kerumunan itu.
Tapi anehnya, semakin dia mendekat, kerumunan itu semakin samar dan akhirnya hilang dengan sendirinya hanya menyisakan aroma wangi yang cukup tajam. (Dikisahkan Fery yanni di Koran Merapi edisi 6 Februri 2025) *