Meskipun Wahid sejatinya tidak bodoh-bodoh amat. Pula nilainya juga tidak buruk-buruk amat. Namun tetap saja prestasi akademik Wahid tidak sebanding dengan Sahid.
Kondisi tersebut berangsur-angsur membuat Wahid kehilangan kepercayaan dirinya.
Hingga kemudian Wahid tidak semangat lagi menyelesaikan kuliahnya di salah satu universitas negeri di Semarang.
Padahal saat itu Wahid sudah semester akhir dan tinggal merampungkan tugas akhir sebagai syarat kelulusan D3 Elektronik.
Namun sangat disayangnya, Wahid justru memilih menyerah dan memilih jalan pecundang. (Dikisahkan Endang S. Sulistiya yang ditayang di Koran Merapi edisi 9 April 2024) *