HARIAN MERAPI - Rama Yoso Soedarmo oleh masyarakat dusun Tutup Ngisor desa Sumber Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, khususnya kalangan seniman, dianggap sebagai pepundhen dan sesepuh bahkan ‘panutan’ bagi para seniman.
Di rumahnya ia melatih seni tari dan seni bela diri pencak silat serta mengajarkan seni tembang ‘Macapat’ kepada warga dusun ini. Semakin lama peminat warga desa yang ingin belajar seni tari dan bela diri semakin bertambah banyak.
Berbekal penguasaan ketrampilan seni tari dan didorong niat serta tekadnya untuk mengembangkan seni budaya Jawa, pada tahun 1937 dia mendirikan Padepokan Seni ‘Tjipta Boedaja’ dengan surya sengkala ‘Suka Cahya Aruming Budaya’ di dusun Tutup Ngisor desa Sumber Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang.
Rama Yoso Soedarmo, meninggal dunia pada hari Selasa Pon tanggal 6 Maret 1990 dalam usia 105 tahun. Dia meninggalkan tujuh orang anak masing-masing Sudarto, Danuri, Damirih, Sarwoto, Bambang Tri Santosa, Tjipta Mihardja dan Sitras Anjilin.
Ketujuh anaknya inilah yang kini mewarisi dan meneruskan cita-cita ayahandanya untuk melestarikan dan mengembangkan seni budaya Jawa, juga melestarikan tradisi dan adat budaya Jawa.
Makam Rama Yoso Soedarmo berada di halaman belakang padepokan. Makamnya ada di sebuah
cungkup yang dikelilingi kolam.
Di kalangan seniman daerah Magelang nama padepokan ini sudah tidak asing lagi. Banyak pakar seni dan budayawan dari kota-kota lain, bahkan dari luar negeri datang ke sini untuk mempelajari, meneliti atau mendokumentasi kegiatan berkesenian masyarakat desa ini.
Tradisi masih lestari dalam setiap nafas kehidupan masyarakat di sini. Kesenian tradisional masih sangat lekat dengan dimensi spiritual masyarakat dusun Tutup Ngisor.
Kesenian terasa menyatu dengan nafas dan gaya hidup masyarakat yang sebagian besar petani. Mereka hidup untuk seni, bukan seni untuk hidup.
Dusun di kaki barat Gunung Merapi ini dapat menjadi ‘Cagar Budaya Jawa’. Karena di
sini Budaya Jawa masih lestari dan kesenian tradisional diwariskan kepada generasi masa kini.
Padepokan ini juga menjadi tempat para generasi muda yang ingin belajar seni dan tari
tradisional. Di jagad seniman, khususnya Magelang, padepokan seni ini cukup dikenal.
Dusun ini merupakan salah satu ‘dusun agraris tradisional’, di mana kehidupan masyarakat petani
menyelaraskan dan akrab dengan lingkungan alam Gunung Merapi yang subur, meski setiap saat
bisa mendatangkan bencana.