HARIAN MERAPI - Tradisi Sungkem Telompak di kaki Gunung Merbabu, Magelang digelar setiap tanggal 5 Syawal. Hl ini dilakukan sebagai ungkapan syukur pada leluhur dan pepundhen Dusun Gejayan.
Petilasan pertapaan Telompak terletak di sebuah dasar jurang pinggiran dusun. Pada masa lalu, di sini ada tujuh buah ‘sendhang’.
Air dari mata air Telompak ini dipercaya warga setempat sebagai ‘air barokah’. Sehingga banyak orang yang mengambilnya untuk berbagai keperluan.
Baca Juga: Ini salah satu akibat buruk perceraian, anak alami fatherless, begini saran psikolog
Lantaran perubahan lingkungan alam akibat semakin berkurangnya kawasan hutan di lereng gunung Merbabu, kini sendang-sendang itu telah tiada dan tinggal mataair-mataair yang debietnya sangat kecil.
Meski pada musim kemarau air masih mengalir dari sela-sela bebatuan di lereng yang dialirkan dengan pipa dimasukkan ke gentong.
Petilasan Telompak oleh warga setempat sampai kini masih dianggap ‘wingit’. Salah seorang warga dusun Gejayan bernama Dahmin menuturkan, pernah terjadi keanehan di sini.
Beberapa tahun yang lalu salah satu pohon bendha yang telah berusia ratusan tahun tumbang.
Pohon ini tumbuh di lereng tebing petilasan Telompak. Anehnya, pohon yang tumbang itu kemudian batangnya patah di bagian tengah dan tonggaknya berdiri tegak lagi.
Tonggak pohon benda yang garis tengahnya hampir dua meter tersebut sampai kini masih ada, dan tidak ada orang yang berani menebangnya.
Awal mula acara tradisi ritual ‘Sungkem Telompak’ ini menurut Sujak, tokoh warga dusun Keditan, pada jaman dahulu sesepuh dusun Keditan mempunyai sebuah permohonan kepada Kyai Singobarong,
ketika desanya mengalami masa paceklik yang cukup lama karena hasil panen palawija dan tanaman sayur-sayuran di sini sangat berkurang.
Baca Juga: Ketergantungan pada gawai bisa sebabkan obesita dan mudah lupa, begini saran dokter
Permohonannya itu dikabulkan, sehingga sebagai ungkapan rasa syukur dan terima kasih kepada leluhur dan pepundhen dusun Gejayan, setiap tahun warga dusun Keditan melaksanakan ritual ‘sungkem’ ke petilasan pertapaan Telompak yang kini lebih dikenal sebagai acara ‘Sungkem Telompak’.