“Kalau dari suaranya sudah tua,” jawab Ayahnya.
Warto tercenung, sambil kedua tanganya meremas-remas rambutnya, “Tua, ya, Pak?”
Ayahnya mengangguk, “Tampaknya ada sesuatu?”
Kemudian Warto menceritakan kejadian yang baru terjadi, “Ini bungkusannya,” tukasnya sambil menyerahkan ke Ayahnya.
Ayahnya segera membuka perklahan-lahan, “Keris?” ucapnya sambil mengamati dengan seksama, “Ini kerisku yang hilang delapan tahun silam, keris ini tiba-tiba hilang meninggalkan pendoknya,” ungkapnya lagi, kemudian Warto diminta memegangnya, Ayahnya masuk ke dalam rumah.
Tak lama keluar sambil memegang pendok, “Ini pendoknya,” kemudian meminta keris dari Warto dan dimasukan ke pendok, “Pas kan, memang ini jodohnya,” lanjutnya tersenyum.
Warto hanya diam terpaku, kemudian Ayahnya mengutarakan, jika ketika hilang, ia pernah menanyakan ke seorang ahli spiritual tentang hilangnya kerisnya, beliau mengatakanm akan kembali,
“Benar! Sekarang keris ini telah kembali,” katanya bahagia. (Dikisahkan Umi Lestari di Koran Merapi) *