Kang Yanto segera berangkat. Di perjalanan si penumpang hanya terdiam sembari menatap selembar foto di tangannya. Untuk mencairkan suasana Kang Yanto mulai mengajak bicara.
Baca Juga: RS Al-Ahli Baptist di Gaza dibom tentara Israel, ratusan orang tewas, begini komentar Biden
"Kenapa buru-buru ke Yogya mbak, naik taksi pula?"
"Ayah saya meninggal, Pak. Saya harus menghadiri pemakamannya," jawab perempuan itu.
Perjalanan malam itu terasa sangat lancar dan tanpa hambatan. Tak ada macet ataupun kendala lain. Hingga akhirnya mereka sampai di sebuah rumah megah bergaya barat.
Pilar-pilar menjulang tinggi. Bangunan dua lantai yang klasik dan sedikit terlihat mistis.
Sebenarnya ada yang menganjal di hati Kang Yanto. Rumah itu sangat sepi padahal ada yang meninggal.
Sesampai di depan rumah perempuan tadi langsung turun dan membayar jasa taksinya dari Jakarta sampai Yogya. Dia segera berjalan dan menghilang di balik pintu rumahnya.
Baca Juga: Hasto jadwal ulang pemanggilan Gibran, ini sebabnya
Kang Yanto pun putar balik dan kembali ke Jakarta. Perjalanan pulangnya pun serasa tanpa hambatan, lancar dan cepat sampai.
Tapi alangkah kaget Kang Yanto ketika melihat isi dompetnya. Uang yang diberikan penumpangnya kemarin ternyata hanya daun kering.
Rasa kecewa bergejolak di hati Kang Yanto, namun ia teringat akan niatnya untuk membantu perempuan itu.
Kang Yanto pun menyimpan daun kering dari penumpangnya.
Setelah kejadian itu entah mengapa rezeki Kang Yanto melejit. Setorannya selalu bisa dia penuhi bahkan selalu mendapatkan tip lebih dari penumpang.
Hingga tiga bulan kemudian Kang Yanto bisa membeli beberapa unit taksi dan bahkan mempunyai jasa taksi sendiri. Kini dia menjadi juragan taksi di Jakarta.
Karena penasaran Kang Yanto sempat mendatangi rumah perempuan yang diantarkannya dulu. Namun yang dia dapati rumah megah bergaya Belanda itu ternyata makam dengan pohon munggur besar. (Seperti dikisahkan Indri Astuti di Koran Merapi) *