HARIAN MERAPI - Ada sebutan pembeli adalah raja. Namun bagaimana jadinya jika calon pembeli dibuat kecewa?
Itulah yang dialami seorang penjual sate yang sudah tua dan pelupa. Ia lewat dekat pohon preh besar dan tiba-tiba ada yang mau membeli sate.
Namun si pembeli dibuat kecewa karena ternyata sate sudah habis.
Baca Juga: Kenang Jasa Pahlawan, DPW PKS DIY Ziarah ke Taman Makam Pahlawan Kusumanegara
Tidak ada kata pensiun bagi Pak Diyo. Di usia senja dia masih juga menekuni pekerjaannya sebagai bakul sate ayam. Memang, tubuhnya masih sehat. Hanya, daya ingatnya sering eror, mudah lupa.
Kalau sudah begitu, dagangan yang ditempatkan di rombong yang dia pikul sudah habis, dengan lantangnya dia masih juga berteriak:
“Teee...sateee...teee...sateee...”. Tidak aneh jika hal itu sering membuat kesal pelanggannya.
Malam itu dagangan Pak Diyo telah habis dibeli pelanggan- pelanggannya.
‘Penyakit lupa’- nya kambuh. Berjalan pulang dengan memikul rombongnya yang telah kosong, sesekali Pak Diyo masih berteriak: “Teee...sateee...teee...sateee...”.
Sesosok laki- laki berdiri di dekat sebuah pohon preh besar memanggilnya. “Aduh, sate maupun lontong telah habis, Pak. Maaf saya lupa”, jawab Pak Diyo.
Baca Juga: Guntur usulkan agar Jokowi gantikan Megawati sebagai Ketum PDIP, begini tanggapan Hasto Kristiyanto
Tak urung jawaban Pak Diyo itu membuat marah calon pembelinya. “Bakul sate ora nggenah!”, gerutu laki-laki tersebut.
Lalu mendekat ke rombong Pak Diyo. Seperti ingin meluapkan kekesalannya, sosok lelaki itu menendang rombong yang dipikul Pak Diyo, ke arah samping.
Berakibat fatal. Rombong Pak Diyo menjadi berputar seperti baling-baling tertiup angin. ‘Mubeng nggangser’ bagai gasing, mainan anak tempo dulu. Pak Diyo yang berdiri di tengah-tengah bagaikan sumbunya.
Setelah berputar beberapa kali...bruk! Pak Diyo dan kedua rombongnya ambruk. Beruntung ada seorang petugas ronda memergokinya. Pak Diyo lalu menceriterakan kejadian yang baru saja dialaminya.
“Yang memanggil sampeyan tadi laki-laki tinggi besar berbaju koko dan celana komprang warna hitam?”, tanya peronda. Pak Diyo mengangguk dan menambah keterangannya: “Dan matanya mencorong merah, Pak”.