HARIAN MERAPI - Jangan sembarangan jika bicara soal tanah, karena bisa menjadi cerita misteri.
Seperti ketika pamong desa melaksanakan tugasnya namun mematok tanah kas desa secara sembarangan.
Rupanya ada 'pihak' yang tidak senang sehingga berbuntut adanya cerita misteri.
Pak Kuh, seorang pamong desa di Sambeng. Ia mendapat tugas mengiventaris tanah kas desa. Termasuk tanah kanjeng yang ditempati oleh penduduk setempat.
Di tanah tersebut warga hanya bisa menempati saja, namun tidak dapat menjual apalagi memiliki secara mutlak.
Hal ini merupakan tugas yang tak mudah. Paling tidak bagi warga masyarakat yang hidup di tahun 1945, masih damang atau jelas dengan peta desa.
Karena itu, Pak Kuh melibatkan pamong senior yang paham peta desa. Menurut Pak Kuh peta desa yang untuk acuan buatan tahun 1930, sehingga bisa untuk cocokan dengan peta yang sekarang acuannya ke sana.
"Mbah ajeng pasang patok!" (Mbah mau memasang pato} kata Pak Kuh memberi tahu pada warganya. Salah satu warga Mbah Mul, sudah paham dan mempersilakan.
Baca Juga: Tren positif Timnas Indonesia tak lepas dari peran Erick Thohir
Akhirnya terpasanglah batas itu. Termasuk mengenai sebagian rumah yang dibangun di atas tanah kanjeng. Mbah Man tetap rela dan tak keberatan.
Lain halnya dengan petugas pamong desa yang lain, Pak Lan, yang begitu semangat dan main pasang patok tanpa kompromi. Dan patok-patok pun telah habis dipasang Pak Lan.
"Lho badanku kok panas, Kuh!" kata Pak Lan tiba-tiba.
Ada sesuatu yang membuat badan Pak Lan seperti dilolosi dan terasa terbakar. Seminggu Pak Lan tak kantoran karena badannya panas yang tak sembuh-sembuh meskipun sudah periksa ke dokter keluarga.
Saran dari seorang yang paham area, janganlah sembarang asal menanam patok tanpa kompromi dengan warga.