Mengenai cara konsumsi, herbal bisa dimanfaatkan dalam berbagai bentuk, mulai dari lalapan segar seperti kubis atau brokoli, dibuat jus, hingga dalam bentuk ekstrak kapsul atau tablet.
Meski demikian, sebut Rifki, tetap penting pula untuk memperhatikan kualitas herbal/bahan alami. Pertama, dipastikan jenis tanamannya benar. Kedua, soal kebersihan agar tak tercemar pupuk kimia atau pestisida.
“Ketiga, cara pengolahannya harus tepat. Beberapa senyawa bisa rusak jika dipanaskan terlalu lama, jadi sebaiknya dikonsumsi segar atau dibuat jus agar manfaatnya lebih optimal,” pesannya.
Rifki berharap edukasi mengenai herbal antikanker semakin gencar disebarluaskan kepada masyarakat. Dengan demikian, masyarakat tak hanya bergantung pada obat kimia.
Baca Juga: HUT ke-269 Kota Yogyakarta, Malioboro Uji Coba Full Pedestrian Selama 24 Jam
Dengan kata lain, dapat memanfaatkan kekayaan alam Indonesia sebagai pendukung kesehatan. Sebagai contoh pemanfaatan bahan-bahan alami sebagai anti kanker. *