HARIAN MERAPI - Keluhan pada bahu sangat luas. Tak hanya keseleo. Penanganan secara medis butuh ketelilitan. Alih-alih menyelesaikannya lewat pengobatan tradisonal, justru dapat mengakibatkan masalah yang makin gawat.
"Siapa yang tahu kalau urat bahu bisa robek?" buka dr. Jefri Sukmawan, Sp.OT(K), Subsp.OBS dalam acara Media Tour 2025 Health Talk bertajuk 'Advanced Treatment for Shoulder' yang diselenggarakan RS Premier Bintaro di Yogyakarta, Kamis (24/7/2025).
Baca Juga: Dokter THT Sebut Jarak Aman dari Dentuman 130 dB Tanggapi Fenomena Sound Horeg yang Tuai Pro Kontra
Dokter Spesialis Orthopedi dan Traumatologi dengan bidang keahlian bahu dan siku ini mengutarakan, kebanyakan masyarakat awam hanya mengetahui bahwa keluhan pada bahu dan lengan lantaran keseleo, patah atau dislokasi. Padahal, lanjut dokter Jefri, dibutuhkan pemeriksaan menyeluruh dan hasil MRI untuk mendiagnosa keluhan atau cedera pada bahu.
"Keluhan pada bahu yang tidak segera ditangani bisa jadi bom waktu," imbuh Jefri yang saat ini memimpin Divisi Shoulder and Elbow di Orthosports dan Wellnes Center RS Premier Bintaro.
Baca Juga: Laga Timnas Indonesia vs Irak Resmi Diubah Usai Banding PSSI ke AFC Diterima
Menurutnya, terdapat beberapa cedera bahu yang perlu dikenali masyarakat. Frozen Shoulder misalnya. Keluhan ini ditandai dengan kekakuan dan nyeri pada sendi bahu. Kondisi ini biasanya berkembang secara bertahap yang menyebabkan hilangnya mobilitas bahu yang sginifikan. Frozen Shoulder kerap terjadi pada individu antara usia 40 dan 60 tahun, dengan pasien kebanyakan wanita.
"Ada situasi untuk gerak sakit, tidak gerak lengket. Nyeri. Di sini banyak pasien yang terjebak untuk mencoba pengbatan tradisional. Hati-hati karena cara ini bisa menyebabkan tulang patah, timbul masalah baru," paparnya.
Keluhan berikutnya yang populer adalah Rotator Cuff Tear alias robekan urat bahu. Rata-rata pasien tidak sadar bahwa uratnya robek. Paling banyak pada bagian atas. Pasien mengalami kesakitan yang hebat manakala mengangkat tangannya. Gerakannya menjadi terbatas.
"Dua keluhan pada bahu ini paling banyak dialami pasien saya," imbuhnya.
Dokter Jefri mengatakan, dalam kasus urat bahu robek maupun lengket, dapat dilakukan penanganan secara operasi dan non operasi. Khusus penanganan operasi, RS Premier Bintaro melakukan tindakan minimal invasif dengan Arthrospic Repair yakni metode bedah bahu dengan bantuan alat khusus tanpa perlu membuka jaringan lainnya sehingga meminimalkan terjadi infeksi. Teknik uni lebih diutaakan dibanding bedah bahu terbuka di mana sayatan lebih besar dan memerlukan pemulihan lebih lama.
Baca Juga: Inilah tiga produsen beras tidak sesuai dengan standar mutu
Adapun metode Sholder Replacement bertjuan untuk menghilangkan sumber rasa sakit dengan mengganti bagian sendi bahu yang rusak dengan komponen buatan (protesis). Tidakan ini, lanjutnya, dapat meningkatkan kekuatan, memperluas rentang gerak dan memungkinkan pasien untuk menggunakan bahu dan lengannya.
"Penanganan ini lebih fokus pada struktur dengan pendekatan struktur. Dengan bantuan kamera, pembedahan bisa dilakukan melalui layar monitor," ujar Jefri seraya menyebut, belum banyak dokter sub spesialis bahu di Indonesia. Jumlahnya masih di bawah 20 orang.