Dompet Dhuafa selenggarakan Workshop Compassion Film dan Foto Festival, bagian dari upaya pemberdayaan dan pembelaan

photo author
- Selasa, 2 Desember 2025 | 09:30 WIB
Pelaksanaan Workshop Compassion Film dan Foto Festival di DIY yang diprakarsai Dompet Dhuafa.  (Foto: Sulistyanto   )
Pelaksanaan Workshop Compassion Film dan Foto Festival di DIY yang diprakarsai Dompet Dhuafa. (Foto: Sulistyanto  )

 

HARIAN MERAPI- Dalam misi kemanusiaan foto tak hanya dilihat, tapi dirasakan. Visual yang kuat mampu membangkitkan empati dan memotivasi tindakan sosial nyata tanpa perlu ribuan kata.

Sedangkan proses menangkap cerita dan mengubahnya menjadi karya visual dimulai dari gagasan yang kuat. Kreator perlu memiliki cerita dan menentukan sudut pandang.

Bahkan, penting pula dapat memahami dengan siapa dan bagaimana kisah tersebut akan disampaikan. Suatu nilai lebih jika didukung oleh riset yang memadai.

Baca Juga: Malioboro Hanya Mampu Menampung 60 Andong, Wali Kota Yogyakarta Pikirkan Area Antre dan Sanitasi

Hal tersebut dipaparkan Andry Prasetyo (Dosen Fotografi ISI Surakarta) saat menjadi narasumber Workshop Compassion Film dan Foto Festival di SaRanG Art, Books & Coffee, Bantul, baru-baru ini.

Sebagai pemrakarsa Workshop Compassion Film dan Foto Festival, yaitu Dompet Dhuafa, lembaga filantropi dan kemanusiaan yang bergerak untuk pemberdayaan umat dan kemanusiaan.

Dalam kegiatan workshop tersebut, Andry juga menegaskan, tahap visualisasi adalah hal penting. Khusunya foto tunggal, kekuatan narasi sangat menentukan.

“Narasi tidak perlu dibuat-buat, tapi harus jelas serta sesuai fakta, sehingga pembaca dapat memahami arah cerita dan pesan yang ingin disampaikan,” tandasnya.

Narasumber lainnya, Bambang Wirawan (Fotografer) memaparkan seputar bagaimana fotografi sebagai alat advokasi. Selain itu, ia sependapat dengan kata-kata bijak, terkait foto.

Baca Juga: Persaingan Semakin Ketat, Pengrajin Blangkon Dusun Beji Sleman Membutuhkan Hak Paten

“Salah satunya, bahwa foto bisa mengguncang opini publik lebih cepat daripada esai. Bahkan, satu foto bisa mengubah arah sejarah. Foto bekerja dengan kecepatan rasa, bukan logika,” paparnya.

Bagi fotografer muda, ia memberikan pesan, pentingnya mulai dari apa yang ada, empati dan keberanian lebih mahal dari alat, bangun jam terbang dari proyek kecil.

“Gaya personal lahir dari proses, dan fotografi berdampak bukan hanya soal apa yang dilihat, tetapi bagaimana dan untuk siapa foto itu diperjuangkan," tegas Bambang.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Hudono

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

INSTAR Beri Pengakuan atas Praktik Keberlanjutan IFG

Selasa, 16 Desember 2025 | 18:40 WIB
X