HARIAN MERAPI - Transaksi menggunakan sistem cash on delivery (COD) dinilai merepotkan banyak pihak. Era transaksi COD menjadi mimpi buruk bagi ekosistem digital marketing.
COD sesungguhnya ribet nan merepotkan. Rawan pembeli iseng dan fiktif belaka. Alih-alih mengarah kemajuan, sistem transaksi COD justru mengalami kemunduran karena gagal bayarnya semakin tinggi.
"Fitur COD memang memudahkan konsumen. Namun sisi lainnya, memberatkan seller karena banyak kasus barangnya ditolak pembeli dengan berbagai alasan," kata CEO & Founder of Lincah.id, Yudha Trisna di sela laga COD Cup: Laga Merdeka 2025 di JEC Mini Soccer, Yogyakarta, Sabtu (30/8/2025).
Baca Juga: Sultan HB X Ajak Berdemokrasi Tanpa Kekerasan Saat Temui Pendemo di Mapolda DIY
Pihaknya mencatat, lebih dari 90 persen transaksi di berbagai platform menggunakan transaksi COD. Padahal pilihan COD ini membutuhkan perjuangan panjang untuk sampai di tangan konsumen. Pertama kurir harus janjian dengan pembeli. Kedua, belum tentu barang langsung dibayar, karena alasan konsumen tidak di lokasi. Parahnya, pembeli menolak bayar karena barang tidak sesuai pesanan hingga terjadi debat kusir.
Ujung-ujungnya barang gagal dibayar dan harus diretur. Dalam kondisi ini, kurir gagal dapat komisi. Pihak seller pun harus menanggung ongkos kirim (ongkir). Celakanya, barang yang dikembalikan ke seller belum tentu sama dengan yang pertama dikirim. Bisa saja ada oknum yang menukar.
Baca Juga: Didukung Performa Optima Group, Forum Smart City Dukung Keberlanjutan Indonesia Emas
Menurutnya, Lincah.id sebagai agregator ekspedisi dan platform digital marketing mengajak para seller untuk menyehatkan praktik COD yang rawan ketidaksesuaian. Bersama-sama mencari solusi yang menguntungkan. Juga menghindari customer iseng.
"Angka kejadian pembeli iseng ini cukup tinggi, memcapai sekitar 25 persen dari seluruh transaksi," papar Yudha sembari menegaskan, Lincah.id merupakan perusahaan asli Yogyakarta dan kini memiliki home base di Bantul, DIY dan Bandung, Jawa Barat.
Keluhan ini juga dirasakan Fathur Huda, seller skincare asal Surabaya. Ia mengaku, sebelum pandemi seluruh transaksi dilakukan full transfer. Namun kini berubah drastis, nyaris 99 persen transaksinya beralih ke COD.
Baca Juga: Avoskin Trail Run 2025 Berhasil Pacu Adrenalin Ratusan Pelari Lintas Alam di Kaki Gunung Merapi
Pihaknya berupaya meminimilasir agar paket tidak sampai ke pembeli fiktif dengan cara memilih agregator, salah satunya Lincah.id.
"Sampai saat ini belum ada solusi dari platform, komplain temen-temen seller belum ditanggapi. Sekarang dengan adanya agreagtor Lincah, bisa memberikan solusi yang aman bagi seller," ujar Fathur.
Menurutnya, tren penjualan COD perlu lebih ditata lagi supaya semua pihak lebih nyaman dan tidak ada yang dirugikan, baik pembeli, penjual, kurir, maupun penyedia platform.