BI sebut stabilitas sistem keuangan hadapi ketidakpastian dunia yang tinggi, ini alasannya

photo author
- Rabu, 27 Maret 2024 | 19:55 WIB
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Juda Agung berbicara dalam Peluncuran dan Seminar Kajian Stabilitas Keuangan Nomor 42 di Jakarta, Rabu (27/3/2024).  (ANTARA/Martha Herlinawati Simanjuntak)
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Juda Agung berbicara dalam Peluncuran dan Seminar Kajian Stabilitas Keuangan Nomor 42 di Jakarta, Rabu (27/3/2024). (ANTARA/Martha Herlinawati Simanjuntak)

HARIAN MERAPI - Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Juda Agung mengatakan stabilitas sistem keuangan menghadapi tiga tantangan besar.

Ketiga tantangan tersebut, yakni masih tingginya ketidakpastian ekonomi dan pasar keuangan global, risiko digitalisasi keuangan, dan risiko terkait transisi menuju ekonomi hijau.

Menurutnya, asesmen terhadap risiko stabilitas sistem keuangan paling tidak ada tiga tantangan besar yang saat ini dihadapi.

Pertama, masih tingginya ketidakpastian ekonomi dan pasar keuangan global," kata Juda dalam Peluncuran dan Seminar Kajian Stabilitas Keuangan Nomor 42 di Jakarta, Rabu (27/3/2024).

Baca Juga: Satnarkoba Polresta Yogyakarta Ungkap 13 Kasus Penyalahgunaan Narkoba Selama Sebulan, Ini Barang Buktinya

Menghadapi tantangan tersebut, kebijakan BI tetap fokus pada upaya menjaga stabilitas makro ekonomi dan stabilitas sistem keuangan dengan terus menjaga momentum pertumbuhan ekonomi nasional.

Karena itu kebijakan moneter tetap diarahkan pada pro-stabilitas, sedangkan kebijakan makroprudensial diarahkan pada pertumbuhan ekonomi.

Terkait ketidakpastian global, Juda menuturkan inflasi di negara maju sudah mencapai puncaknya. Suku bunga kebijakan di Amerika Serikat (AS) diperkirakan mulai memasuki fase penurunannya di semester II-2024.

Namun, ketidakpastian tentang waktu dan besaran penurunan suku bunga mendorong munculnya ketidakpastian terhadap waktu berakhirnya suku bunga yang tinggi untuk waktu yang lama dari suku bunga kebijakan AS atau Fed Funds Rate (FFR).

Baca Juga: 16 Pasangan Tak Resmi di Sejumlah Hotel Diamankan Polres Boyolali pada Operasi Pekat Candi 2024, Juga Ungkap Kasus Narkoba

"Kalau lebih cepat penurunannya tentu saja lebih cepat kondisi suku bunga tinggi di global ini akan berakhir," ujarnya seperti dilansir Antara.

Ketidakpastian itu menyebabkan aliran modal masuk ke negara-negara emerging market termasuk juga di Asia dan Indonesia.

Di samping itu, ketegangan geopolitik di berbagai belahan dunia belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir.

Di Tiongkok, krisis properti dan lemahnya konsumsi menjadi permasalahan utama yang sedang dihadapi, yang jika tidak ditangani dengan baik akan berdampak pada melemahnya pertumbuhan ekonomi global bahkan meningkatnya risiko stabilitas sistem keuangan global.

Baca Juga: Makanan ringan cocok menjadi tambahan buka puasa, mulai tempe garit, tahu susur hingga tempe kemul khas Wonosobo

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Widyo Suprayogi

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

INSTAR Beri Pengakuan atas Praktik Keberlanjutan IFG

Selasa, 16 Desember 2025 | 18:40 WIB
X