Ketiga, kitmanu as-sirri (memegang rahasia).
Kerahasiaan, terlebih lagi dalam konteks perjuangan dan dakwah adalah sesuatu yang berat dan beresiko tinggi. Terbongkarnya rahasia dapat berakibat fatal. Oleh karena itu kesiapan memegang rahasia menjadi indikasi syaja’ah seorang muslim.
Di kalangan sahabat Rasulullah SAW sendiri yang dipercaya memegang rahasia tidaklah banyak. Di antaranya adalah Huzaifah ibnul Yaman radhiyallahu ‘anhu, seorang sahabat Nabi yang dikenal dengan sebutan Shahibus Sirri (pemegang rahasia).
Keempat, al ‘itirafu bil khatha’i (mengakui kesalahan).
Mengakui kesalahan adalah ciri pribadi yang berani. Sebaliknya, sikap tidak mau mengakui kesalahan, mencari kambing hitam atau bersikap lempar batu, sembunyi tangan, adalah ciri pribadi yang pengecut. Mengakui kesalahan memang tidaklah mudah. Kadang ada rasa malu, takut dikucilkan, atau cemas akan pandangan sinis orang lain karena kesalahan
yang diperbuat. Padahal mengakui kesalahan diri sendiri sangat menguntungkan. Sebab ia bisa melihat kesalahan diri dan segera memperbaikinya.
Baca Juga: Ghost Like Us, Karya Riar Rizaldi Menyingkap Kesadaran Magis Masyarakat Indonesia
Semoga Allah senantiasa menanamkan sikap syaja’ah pada hati orang-orang yang beriman dan bertakwa, sehingga segala persoalan akan dilihatnya dengan hati yang jernih dan penuh kehati-hatian. Insha Allah! *