SUNGGUH miris, siswa SMP ketahuan membawa alat kontrasepsi berupa kondom. Itu terungkap ketika digelar razia siswa mbolos pada jam-jam pelajaran di Gunungkidul beberapa hari lalu.
Belasan siswa terjaring razia yang digelar jajaran Polsek Ngawen Polres Gunungkidul. Mereka juga kedapatan nongkrong pada jam-jam pelajaran. Pelajar yang terjaring razia umumnya duduk di bangku SMP dan SMK di wilayah Ngawen.
Untuk apa siswa SMP bawa kondom ? Sudah sedemikian rusakkah akhlak pelajar kita ? Memang kasus itu tidak bisa digeneralisasi, namun setidaknya bisa memberi gambaran betapa kenakalan siswa sudah sangat mengkhawatirkan. Apakah hal semacam itu akan dibiarkan ?
Baca Juga: PSSI sebut regulasi pengamanan pertandingan sepak bola akan dituangkan dalam Peraturan Kapolri
Untuk itulah razia yang digelar jajaran Polsek Ngawen patut diapresiasi. Mereka yang terjaring razia memang tidak lantas dihukum, melainkan hanya diamankan untuk kemudian dibina. Yang jelas, orangtua mereka harus tahu bahwa anaknya membolos dan ngeluyur pada jam-jam pelajaran. Sebab, boleh jadi, orangtua tahunya anak belajar di sekolah.
Meski tidak ditemukan narkoba maupun senjata, namun dengan kedapatan membawa kondom, berarti sudah lampu merah bagi pelajar. Kasus ini tak boleh berhenti sampai di situ, melainkan harus ditelusuri untuk apa membawa alat kontrasepsi, akan digunakan di mana, dengan siapa dan seterusnya.
Jangan-jangan siswa tersebut punya jaringan atau teman yang merupakan komunitas seks bebas. Polisi harus melacaknya. Lebih dari itu, orangtua mereka juga harus dibina, sebab, kelakuan anak tak bisa dilepaskan dari kelakuan orangtua.
Baca Juga: Guru dan orang tua harus waspada, faham intoleransi mulai masuk ke kalangan pelajar
Anak-anak yang berasal dari keluarga broken home, biasanya lebih rentan terjerumus ke hal-hal negatif, meski tidak mutlak. Karena itu pembinaan harus melibatkan banyak pihak. Bukan hanya polisi, tapi juga orangtua, tokoh masyarakat, tokoh agama maupun guru BP di sekolah. Kalau anak-anak saja sudah terjerumus kehidupan seks bebas, bagaimana dewasa kelak.
Generasi muda harus diselamatkan, apalagi di tengah lingkungan yang tidak sehat, pengaruh hedonisme dan sebagainya. Polisi hendaknya tidak kendur untuk terus menggelar razia pelajar. Pencegahan tentu lebih diutamakan ketimbang tindakan penghukuman.
Semua harus diarahkan pada aspek edukatif atau mendidik. Mumpung belum terlambat, anak-anak harus diselamatkan dari segala pengaruh buruk.
Lebih dari itu, orangtua juga perlu dibina, kalau perlu diberi sanksi sosial agar mereka tidak abai terhadap anak-anaknya. (Hudono)