BEBERAPA hari lalu jajaran Polda Jateng melakukan gelar perkara kasus pencabulan yang terjadi di tiga kabupaten, yakni Batang, Pekalongan dan Banjarnegara.
Modus dan pelakunya berbeda-beda, ada yang pelakunya guru, dukun cabul hingga pengasuh pesantren.
Mereka berhasil diringkus polisi dan kini harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. Di Pekalongan, polisi berhasil menangkap Afrizal (27), warga asal Riau yang berhasil memperdaya korbannya melalui kontak di media sosial.
Dalam aksinya, Arfrizal memasang foto seorang ibu yang diaku sebagai dirinya. Ia mengaku sebagai orang pintar yang pandai mengobati.
Anehnya, ada saja korban yang percaya, padahal ritualnya sangat menjijikkan dan tidak masuk akal. Seorang ibu di Pekalongan diminta merekam adegan cabul dengan dua anaknya dengan maksud menghilangkan aura hitam.
Tak hanya itu, korban juga diminta memotong ujung puting payudaranya. Gilanya, itupun dituruti korban hanya demi memenuhi ritual pengobatan yang dilakuakn Afrizal.
Baca Juga: Kasus pencurian brankas selebgram Dara Arafah, polisi tetapkan ART dan kekasihnya jadi tersangka
Apa yang terjadi kemudian ? Rekaman gila-gilaan itu justru digunakan pelaku untuk memeras. Korban sudah menyerahkan uang hingga sekitar Rp 40 juta karena diancam bila tak memberi videonya akan disebar ke mana-mana.
Dari situlah korban baru tersadar bahwa Afrizal adalah seorang penjahat. Baru sadar pula bahwa ia bukanlah orang pintar yang bisa mengobati berbagai macam penyakit.
Kasus ini telah ditangani polisi, sementara korban hanya menyesali mengapa percaya dengan Afrizal yang ternyata seorang penjahat. Secara akal sehat sebenarnya permintaan Afrizal sangat aneh dan tidak logis.
Baca Juga: Lowongan kerja di Nasmoco Majapahit Semarang, datang dan ikuti interview
Bagaimana mungkin mengobati seseorang dengan melakukan memotong pucuk puting dan harus berhubungan badan dengan anaknya ?
Lebih fatal lagi, permintaan gila itu dituruti korban. Padahal, sama sekali tidak ada pengaruh apapun dengan pengobatan, sebab yang terjadi adalah penipuan dan pemerasan. Kasus ini sekaligus menunjukkan bahwa literasi sebagian masyarakat terkait dengan masalah kesehatan dan agama masih sangat kurang.