MASYARAKAT diminta waspada terhadap aksi gendam yang belakangan marak menjelang Lebaran. Seperti dialami seorang pedagang kelontong di Godean, Atun, ia kehilangan Rp 1,5 juta setelah ditepuk pundaknya oleh seorang perempuan setengah baya yang menawarkan beras.
Begitu ditepuk, Atun linglung dan menuruti kemauan perempuan tersebut untuk menyerahkan uang Rp 1,5 juta. Setelah itu, perempuan tersebut pergi dan Atun tersadar beberapa saat kemudian. Usai kejadian, Atun juga masih belum paham apa yang sesungguhnya terjadi dan mengapa ia menyerahkan uang kepada orang yang tidak dikenalnya.
Peristiwa yang terjadi pada Kamis siang pekan lalu itu masih mengundang misteri, apakah pelaku menggunakan guna-guna atau ilmu hitam untuk mempengaruhi korbannya atau tidak. Tapi, yang jelas, korban pasrah dan menuruti permintaan pelaku. Kasus seperti ini sebenarnya sudah sering terjadi dan dalam dunia kriminal sering disebut sebagai ilmu gendam.
Begitu orang kena gendam, maka ia akan linglung seperti kehilangan kesadaran dan kemudian menuruti kemauan pelaku. Namun, di kalangan psikolog, peristiwa yang dialami Atun hanyalah fenomena psikologi saja, yakni bagaimana kelihaian orang mempengaruhi orang lain.
Bagi masyarakat tidaklah terlalu penting apa dan bagaimana ilmu gendam itu. Yang penting, bagaimana agar masyarakat bisa terhindar dari gendam, atau bagaimana cara melawan gendam. Nah di sinilah perlunya konsentrasi, doa dan upaya yang sungguh-sungguh untuk melawan tekanan psikologi.
Pada awalnya pelaku pasti akan bertingkah yang menarik perhatian calon korbannya. Seperti pada kasus di atas, pelaku pura-pura tidak punya uang untuk beli tiket pesawat ke Jakarta dan selanjutnya menawarkan beras yang katanya hasil panen sendiri. Sampai di sini, Atun sudah merasa iba dan tertarik untuk membantu. Ketertarikan inilah yang dimanfaatkan pelaku untuk masuk lebih dalam ke alam pikiran Atun.