KASUS bunuh diri di Gunungkidul tergolong tinggi. Pekan lalu, dalam dua hari terjadi dua kasus bunuh diri. Pertama menimpa laki-laki paruh baya, warga Girimulyo Panggang, sedang kedua menimpa seorang kakek usia 70 tahun warga Pulutan Wonosari, Gunungkidul. Mereka ditemukan tewas menggantung di pohon.
Diduga, kakek warga Pulutan ini gantung diri lantaran putus asa akibat penyakit jantung yang tidak sembuh-sembuh. Sedang kasus di Girimulyo masih diselidiki penyebabnya. Persamaannya, keduanya menggantung diri di pohon.
Keluarganya kaget ketika mendapati yang bersangkutan sudah mati tergantung di pohon tak jauh dari rumahnya.
Dalam kasus bunuh diri memang tidak ada yang dapat dimintai pertanggungjawaban hukum. Artinya, tak ada tersangka dalam kasus bunuh diri. Kecuali bila terbukti ada yang membujuk atau membantu mereka untuk melakukan bunuh diri.
KUHP hanya mengancam pidana terhadap mereka yang membantu atau memberi kesempatan kepada orang lain untuk bunuh diri. Namun nampaknya kasus ini sangat jarang terjadi.
Masyarakat di kawasan Gunungkidul mungkin sudah sangat mengenal dengan istilah pulung gantung, yakni semacam kepercayaan bahwa akan ada orang bunuh diri bila ada tanda-tanda tertentu, misalnya benda seperti bola api yang meluncur menuju titik tertentu, dipercaya akan ada orang mati di kawasan itu. Namun sejauh ini, itu hanyalah mitos yang kebenarannya sulit dibuktikan.
Baca Juga: Viral Video di TikTok, Kurir Tetap Antar Paket untuk Mempelai Wanita di Pesta Pernikahan
Meski di Pemkab Gunungkidul telah dibentuk Satgas Antibunuh diri, ternyata kasusnya terus merebak bahkan cukup tinggi. Jika demikian, pemerintah daerah setempat bersama stakeholder harus berupaya keras mencegah jangan sampai terjadi lagi kasus bunuh diri. Kiranya penting untuk mencari penyebab mereka bunuh diri untuk kemudian dicari solusinya.
Misalnya kasus kakek di Pulutan yang bunuh diri karena sakit yang tak kunjung sembuh. Jelas ini terkait dengan masalah kesehatan. Umumnya masyarakat ekonomi bawah merasa kesulitan berobat ketika sakit serius, jantung dan sebagainya.
Meski sudah ada program BPJS Kesehatan, belum tentu juga bisa mengaksesnya, entah karena datanya tercecer atau karena kurangnya pengetahuan untuk mengurus.
Baca Juga: Deklarasi Dukungan Muhaimin Iskandar Calon Presiden 2024, Mesin Politik PKB Semakin Solid
Padahal, mereka berhak mendapat pelayanan kesehatan yang sama seperti warga lainnya. Ini baru satu masalah, karena masih ada variabel lain yang mempengaruhi seseorang untuk mengakhiri hidup.
Namun, berdasar temuan selama ini kasus bunuh diri di Gunungkidul tak jauh-jauh dari masalah ekonomi. Karenanya untuk mengatasinya harus melalui pendekatan komprehensif dan melibatkan intansi terkait. (Hudono)