DUNIA dan seisinya bagi manusia laksana 'ladang kehidupan' yang siap untuk ditanami, dipelihara dan dirawat dengan penuh kasih sayang di mana saja, kapan saja dan oleh siapa saja.
Setiap diri, tanpa terkecuali; apakah ia seorang yang beriman, kafir ataupun munafiq; bangsa manapun, suku atau ras apapun, semuanya memiliki kesempatan untuk memanfaatkan dan menikmati apa saja yang ada di semua lorong atau sudut alam dunia ini.
Namun demikian, untuk mampu memanfaatkan dan menikmati kekayaan alam yang melimpah tak terhingga ini, kita harus menanam terlebih dulu. Layaknya seorang petani, untuk dapat panen padi, maka dia harus menanam padi terlebih dahulu.
Allah SWT telah menyediakan modal “sawah” atau “ladang” tempat menanam. Semakin pandai seseorang dalam mengelola dan melestarikan sumber daya alam yang ada, maka akan semakin melimpah juga kemanfaatan yang bisa dinikmati.
Sama halnya, ketika kita menginginkan hidup mulia, sejahtera, bahagia, terhormat, bermartabat dan berkeadaban, maka kita harus mau dan mampu menebar “Kebaikan” terlebih dahulu. Banyak jenis dan ragam tanaman “Kebaikan” yang bisa kita lakukan.
Baca Juga: Iwan Fals: Ayo Kita Harmonis, Jangan Saling Ganggu
Kita bebas untuk memilih jenis tanaman yang kita mampu dan mau. Jika kita berlebih dalam pengalaman dan pengetahuan, maka kita bisa menanam kebaikan berupa pengalaman dan pengetahuan, misalnya; membimbing orang mengaji al-Quran, apalagi di saat kita menghadapi virus Corona (Covid-19) saat ini, mengajari cara beternak ayam, kambing, sapi dan sebagainya.
Jika kita berlebih dalam harta benda, maka kita bisa menanam kebaikan berupa harta benda, misalnya; membantu biaya pendidikan bagi keluarga yang tidak mampu, memberi modal usaha tanpa mengharapkan imbalan sedikitpun, shadaqah, dan sebagainya. Pendek kata, terlalu banyak jenis tanaman “kebaikan” yang dapat kita tanam selagi masih hidup dan berkesempatan di alam dunia ini.
Semua orang, tanpa terkecuali, memiliki kesempatan yang sama untuk menebar jenis tanaman kebaikan yang berkualitas unggul itu. Siapa pun yang menanam “kebaikan” di era pandemi covid-19 sekarang ini, niscaya ia akan panen kebaikan.
Allah telah menegaskan hukum alam ini : “Dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahalanya pada sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al-Baqarah; 2:110).
Baca Juga: Terpidana Mati Mary Jane Bacakan Puisi di Momen HUT Kemerdekaan RI di Lapas Wonosari
Untuk semua makhluk Allah ini, muncul adogium: "siapa menanam ia akan mengetam". Itulah sunatullah yang brlaku di alam raya ini.
Tebaran “kebaikan”, adalah tanaman yang bersifat universal dan berkelanjutan.
Universal dalam arti bahwa yang namanya kebaikan itu semua orang, apapun statusnya, agamanya, atau suku/rasnya pasti dapat menerimanya, kecuali orang yang sakit jiwanya.
Berkelanjutan artinya, kebaikan itu berlaku sepanjang waktu; masa silam, masa sekarang dan masa-masa yan akan datang. Dan uniknya, sekali menebar “kebaikan” itu, maka sepanjang hayat kita dapat memetik panenannya. Bahkan setelah kita meninggal dunia pun, kita tetap dapat insentif atau memanen pahala yang berkelimpahan itu.
Secara rinci, dapatlah dijelaskan beberapa keistimewaan yang luar biasa dari menebar suatu “kebaikan” era pandemi covid-19 sekarang ini adalah :