cermin

Tragis, gantung diri karena sakit tak kunjung sembuh

Jumat, 5 Desember 2025 | 12:00 WIB
Ilustrasi gantung diri.

MASYARAKAT di Kapanewon Tepus Gunungkidul geger menyusul ditemukannya seorang kakek tewas tergantung di pohon ketela karet, dekat kandang ayam pekarangan rumahnya, Senin pagi pekan lalu. Kerabatnya pun tak menyangka bila WK (84), kakek tersebut, nekat mengakhiri hidup dengan cara tragis.

Tak ada yang tahu kapan WK nekat gantung diri. Namun, sebelumnya dua warga sempat melihat yang bersangkutan berjalan menuju kandang ayam di pekarangan rumahnya.

Selang 30 menit, WK tak kunjung kembali, sehingga membuat saksi curiga. Lantaran penasaran, kedua warga tersebut menghampiri kandang ayam milik WK, dan alangkah terkejutnya mereka melihat WK dalam posisi tergantung di pohon ketela karet dalam kondisi tak bernyawa.

Baca Juga: Diskusi Buku Karya Imam Yudotomo, Angkat Gagasan Sosialisme bagi Generasi Muda

Mereka kemudian menghubungi aparat kepolisian setempat dan diyakini WK tewas karena bunuh diri. Mengapa lansia itu punya pikiran nekat mengakhiri hidup dengan cara gantung diri ? Berdasar informasi dari kerabatnya, WK menderita penyakit yang tak kunjung sembuh. Diduga karena sakit yang tak kunjung sembuh itulah ia nekat mengakhiri hidup.

Nasi telah menjadi bubur. Padahal, aksi nekat WK sebenarnya bisa dicegah bila kerabatnya punya niat sungguh-sungguh untuk mengupayakan kesembuhan WK. Tapi entahlah, boleh jadi karena alasan biaya, hal itu tidak mereka lakukan. Atau bisa saja sudah diupayakan pengobatan namun tak membawa hasil signifikan, sehingga korban putus asa dan menempuh jalan pintas.

Kasus bunuh diri di Gunungkidul selama ini memang sering terjadi. Bahkan, hampir setiap bulan terjadi kasus bunuh diri, dengan berbagai sebab dan modus. Umumnya, karena masalah ekonomi. Sakit yang menahun dan tak kunjung sembuh, sebenarnya juga terkait dengan masalah ekonomi. Bukankah sudah ada BPJS Kesehatan ? Nyatanya, belum semua warga dapat mengaksesnya, dengan alasan beragam.

Baca Juga: Kejati DIY Tahan Tiga Tersangka dalam Kasus Dugaan Korupsi Kredit Fiktif Bank BUMN

Bahkan, saat ini dimungkinkan warga miskin menjadi peserta BPJS Kesehatan dengan iuran yang ditanggung pemerintah daerah.

Hanya saja, terkadang warga tidak sabar dengan mekanisme pengurusannya yang dianggapnya rumit dan njlimet. Inilah yang perlu diluruskan kepada masyarakat, sehingga tidak ada alasan untuk tidak berobat. Miskin maupun kaya sama haknya untuk mendapatkan pelayanan kesehatan secara manusiawi.

Lebih dari itu, masyarakat juga jangan selalu menganggap diperlakukan secara tidak adil, sementara mereka belum berusaha memperoleh haknya. (Hudono)

 

Tags

Terkini

'Ke-Empu-an' perempuan dalam Islam

Minggu, 21 Desember 2025 | 17:00 WIB

Perlu penertiban pengamen di Jogja 

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:00 WIB

Begini jadinya bila klitih melawan warga

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:30 WIB

Juragan ikan ketipu perempuan, begini modusnya

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:00 WIB

Doa-doa mustajab dalam Al-Quran dan Al-Hadits

Sabtu, 20 Desember 2025 | 17:00 WIB

Pesan-pesan Al-Quran tentang menjaga kesehatan jiwa

Jumat, 19 Desember 2025 | 17:00 WIB

Tasamuh dalam beragama

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:00 WIB

Keutamaan membaca dan tadabbur Al-Quran

Selasa, 16 Desember 2025 | 17:00 WIB

Manajemen hati untuk raih kebahagiaan sejati

Senin, 15 Desember 2025 | 17:00 WIB

Tujuh kunci masuk ke dalam pintu Surga-Nya

Minggu, 14 Desember 2025 | 17:00 WIB

Ngeri, pekerja tewas di septic tank, ini gara-garanya

Minggu, 14 Desember 2025 | 09:00 WIB

Pak Bhabin kok urusi kawin cerai

Minggu, 14 Desember 2025 | 08:30 WIB

Peran orang tua dalam pembentukan generasi berkualitas

Sabtu, 13 Desember 2025 | 17:00 WIB

Waspadai bukti transfer palsu

Jumat, 12 Desember 2025 | 12:30 WIB