6. Perbandingan konstan; yakni orang tua yang selalu membanding‑bandingkan dengan saudara atau teman, menimbulkan rasa bersaing yang tidak sehat.
7. Manipulasi rasa bersalah; yakni kebiasaan orang tua yang menggunakan rasa bersalah untuk mengontrol perilaku anak.
Setiap tipe bisa berdampak berbeda pada perkembangan anak. Berikut beberapa cara untuk menjauhkan toxic parenting dalam pengasuhan keluarga; yakni:
Pertama, kenali pola‑polanya. Kontrol berlebih dihindari dengan cara orang gtua menyadari kapan keputusan Anda dibatasi tanpa alasan yang logis. Kritik berulang dihilangkan dengan cara mencatat contoh konkret agar tidak terasa “semua salah”.
Emosional mengabaikan dengan caraperhatikan perasaan Anda yang sering diabaikan atau diminimalkan.
Gaslighting; apabila orang tua sering menyangkal apa yang Anda rasakan, tuliskan peristiwa tersebut. Peran terbalik; yakinkan bila Anda diminta mengurus kebutuhan orang tua, ingat bahwa peran itu bukan tanggung jawab Anda.
Kedua, tetapkan batas yang jelas. Sampaikan dengan tenang apa yang Anda terima dan tolak. Misalnya, “Saya tidak nyaman bila keputusan saya dipertanyakan setiap kali saya ingin keluar.” Jika batas diabaikan, konsistenlah dengan konsekuensinya (misalnya, mengurangi komunikasi atau mengambil jeda).
Ketiga, carilah dukungan eksternal. Teman dekat, kerabat, atau konselor dapat memberi perspektif objektif. Grup dukungan online atau komunitas yang membahas toxic parenting juga membantu mengurangi rasa isolasi.
Keempat, latih assertivitas. Gunakan pola “Saya merasa… ketika… karena… dan saya butuh…” untuk mengekspresikan perasaan tanpa menyerang. Contoh: “Saya merasa tidak dihargai ketika keputusan saya langsung dibatalkan, karena saya butuh ruang untuk belajar. Saya berharap kita bisa berdiskusi dulu.”
Kelima, fokus pada self‑care. Sisihkan waktu untuk aktivitas yang menenangkan (olahraga, hobi, meditasi). Jaga kesehatan mental dengan menulis jurnal atau berkonsultasi dengan profesional.
Keenam, jika memungkinkan, rencanakan langkah jangka panjang. Evaluasi apakah hubungan dengan orang tua dapat diperbaiki atau apakah jarak fisik/emosional diperlukan untuk kesejahteraan Anda. Rencanakan keuangan dan tempat tinggal bila memutuskan untuk hidup mandiri.
Orang tua harus menyadari bahwa anak-anak tidak sama, demikian juga penerapan perlakuan terhadap mereka. Untuk belajar menerima anak apa adanya tidaklah mudah, terutama pada anak yang berkonotasi “kurang”; baik kurang pandai, kurang lengkap atau difabel, lamban, dan kekurangan-kekurangan yang lain. Biasanya orang tua sulit menerima keadaan anak yang berkonotasi kurang sebagaimana di atas. *
Penulis : Dr. Drs. H. Khamim Zarkasih Putro, M. Si.,
Dosen Program Magister dan Doktor FITK UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,
Ketua Dewan Pendidikan Kota Yogyakarta,
Dewan Penasehat Paguyuban Keluarga Sakinah Teladan (KST) Provinsi DIY