mimbar

Pendidikan dalam keluarga: Jauhilah toxic parenting

Sabtu, 8 November 2025 | 17:00 WIB
Dr. H. Khamim Zarkasih Putro, M. Si., Dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Ketua Dewan Pendidikan Kota Yogyakarta, Ketua Penasihat KAHMI Majlis Wilayah DIY, Dewan Pakar BP4 Kota Yogyakarta (Dok. Pribadi)

HARIAN MERAPI - Pada dasarnya setiap orang mendambakan hubungan keluarga yang harmonis, karena hal ini sangat menentukan untuk menciptakan lingkungan yang baik dalam suasana kekeluargaan dan menjadi pusat ketenangan hidup.

Setiap orang tua pasti mendambakan terciptanya keluarga bahagia dan tidak jarang setiap orang tua mengusahakan kebahagiaan dengan berbagai jalan dan upaya.

Bahkan mereka menempa anak-anaknya agar mampu mempersiapkan diri dalam membentuk kehidupan dalam berkeluarga yang bahagia, sesuai dengan apa yang didambakan orang tua.

Baca Juga: Andong Wisata Yogya Bertransformasi Digital Didukung BI, BPD DIY dan Pemkot Yogyakarta, Kini Bisa Bayar Pakai QRIS

Namun sayangnya tidak semua orang tua dapat memperlakukan anaknya secara tepat dan proporsional. Bahkan ada orang gtua yang memiliki perilaku toxic dalam mendidik anak.

Perilaku toxic di sini diartikan sebagai sikap yang sering dilakukan oleh seseorang, tapi tanpa disadari dapat merugikan orang lain atau dirinya sendiri. Pola asuh yang meracuni perkembangan anak-anak disebut dengan toxic parenting.

Meski toxic parents kerap berdalih untuk kebaikan sang buah hati, terkadang keinginannya justru dapat menyakiti perasaan sang anak itu sendiri.

Berikut beberapa tipe toxic parenting yang sering ditemui di dalam pengasuhan keluarga; yakni:

Baca Juga: Ini pentingnya cek sela jari kaki bagi penderita diabetes, ikuti saran dokter berikut ini

1. Kontrol berlebih; yakni orang tua terlalu mengatur setiap detail hidup anak, tidak memberi ruang untuk keputusan sendiri.

2. Kritik berulang; yakni orang tua selalu menyoroti kesalahan, membuat anak merasa tidak pernah cukup baik dan berakhir dengan menyesali diri.

3. Emosional mengabaikan; yakni orang tua tidak merespon kebutuhan perasaan anak, membuatnya merasa tak terlihat.

4. Gaslighting; yakni membuat anak meragukan persepsi atau ingatannya tentang peristiwa.

Baca Juga: Tim Gegana Diturunkan, Selidiki Penyebab Ledakan Misterius SMAN 72 Kelapa Gading

5. Peran orang tua yang terbalik; yakni mengharuskan anak mengurus kebutuhan emosional orang tuanya atau kebutuhan sehari-hari (kebutuhan praktis) orang tua.

Halaman:

Tags

Terkini

'Ke-Empu-an' perempuan dalam Islam

Minggu, 21 Desember 2025 | 17:00 WIB

Doa-doa mustajab dalam Al-Quran dan Al-Hadits

Sabtu, 20 Desember 2025 | 17:00 WIB

Pesan-pesan Al-Quran tentang menjaga kesehatan jiwa

Jumat, 19 Desember 2025 | 17:00 WIB

Tasamuh dalam beragama

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:00 WIB

Keutamaan membaca dan tadabbur Al-Quran

Selasa, 16 Desember 2025 | 17:00 WIB

Manajemen hati untuk raih kebahagiaan sejati

Senin, 15 Desember 2025 | 17:00 WIB

Tujuh kunci masuk ke dalam pintu Surga-Nya

Minggu, 14 Desember 2025 | 17:00 WIB

Peran orang tua dalam pembentukan generasi berkualitas

Sabtu, 13 Desember 2025 | 17:00 WIB

Lima pinsip dasar perlindungan HAM dalam Islam

Kamis, 11 Desember 2025 | 17:00 WIB

Keutamaan berlomba-lomba dalam kebaikan dan ketakwaan

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:00 WIB

HAM dalam perspektif Islam

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:00 WIB

Membangun keluarga samara dalam Al-Quran dan Sunnah

Sabtu, 6 Desember 2025 | 17:00 WIB

Sepuluh sifat istri shalehah pelancar nafkah suami

Kamis, 4 Desember 2025 | 17:00 WIB

Rahasia keberhasilan dakwah Nabi Muhammad SAW

Sabtu, 29 November 2025 | 17:00 WIB

Sembilan kekhasan dan keunikan masa remaja

Jumat, 28 November 2025 | 17:00 WIB