HARIAN MERAPI - Ikhlas adalah kata dalam bahasa Arab yang memiliki arti ''sungguh-sungguh'' atau ''dengan tulus''. Dalam konteks beragama Islam, ikhlas sering kali diartikan sebagai keikhlasan hati dalam beribadah kepada Allah SWT tanpa mengharapkan pujian atau penghargaan dari sesama manusia.
Pada intinya, ikhlas dalam beragama adalah sikap menerima segala sesuatu dengan tulus hati dan tanpa pamrih. Semua aktivitas yang dilakukan sehari-hari semata-mata untuk mencari ridho-Nya.
Beragama penuh keikhlasan berarti menjalankan ibadah dan ketaatan semata-mata karena
Allah SWT, bukan untuk mencari pujian, keuntungan duniawi, atau menghindari celaka. Keikhlasan adalah pondasi utama dalam beragama dan merupakan inti dari setiap amal agar bernilai di sisi-Nya.
Ini mencakup ketulusan hati, keteguhan niat, dan konsistensi dalam ibadah meskipun tidak ada yang melihat.
Makna dan arti pentingnya keikhlasan dalam beragama: (1) Niat yang murni: Beribadah
hanya untuk mendapatkan ridha Allah, bukan untuk keuntungan pribadi atau pujian manusia, (2) Menghindari riya: Lawan dari keikhlasan adalah riya, yaitu melakukan ibadah agar dilihat dan
dihargai oleh orang lain,
(3) Inti dari ibadah: Ikhlas adalah kunci agar ibadah diterima. Tanpa keikhlasan, amal menjadi sia-sia seperti rutinitas kosong, (4) Tingkatan tertinggi: Tingkatan ikhlas tertinggi adalah tidak mengharapkan apapun selain ridha Allah, bahkan pahala surga atau untuk menghindari neraka, serta (5) Keteguhan hati: Keikhlasan membuat hati tenang karena tidak bergantung pada penilaian manusia. Jika tidak dipuji, tidak akan kecewa.
Adapun cara untuk menumbuhkan keikhlasan dalam beragama adalah: (1) Menghadirkan
kebesaran Allah: Selalu ingat dan renungkan kebesaran Allah serta tujuan hidup kita di dunia, (2) Berdoa: Memohon kepada Allah agar dikaruniai keikhlasan,
(3) Memperbanyak ketaatan: Semakin sering melakukan kebaikan, semakin terbiasa hati untuk tulus dalam beramal, (4) Menjauhi takjub pada diri sendiri: Hindari sikap membanggakan diri atas amal yang telah dilakukan,
(5) Mencontoh orang-orang ikhlas: Bergaul dengan orang-orang yang memiliki keikhlasan yang tulus, serta (6) Ibadah yang tersembunyi: Lakukan ibadah tanpa pamrih, seperti shalat malam saat tidak ada yang melihat atau bersedekah secara diam-diam.
Terdapat banyak dalil dari Al-Quran yang menjelaskan tentang ikhlas dalam beragama; yakni:
Pertama, bersyukur karena dapat pertolongan dari Allah SWT. Firman Allah SWT: “Dialah
(Allah) yang menjadikan kamu dapat berjalan di daratan (dan berlayar) di lautan sehingga ketika kamu berada di dalam kapal, lalu meluncurlah (kapal) itu membawa mereka dengan tiupan angin yang baik dan mereka bergembira karenanya. Kemudian, datanglah badai dan gelombang menimpanya dari segenap penjuru dan mereka pun mengira telah terkepung (bahaya). Maka, mereka berdoa dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya (seraya berkata), “Sekiranya Engkau menyelamatkan kami dari (bahaya) ini, pasti kami termasuk orang-orang yang bersyukur.” (QS. Yunus; 10:22).
Kedua, beragamalah dengan lurus. Firman Allah SWT: “(Aku juga diperintah dengan firman-
Nya), “Hadapkanlah wajahmu kepada agama (Islam) dengan lurus dan janganlah sekali-kali engkau termasuk orang-orang musyrik. Janganlah engkau sembah selain Allah, sesuatu yang tidak memberi manfaat kepadamu dan tidak (pula) memberi mudarat kepadamu, sebab jika engkau lakukan (yang demikian itu), sesungguhnya engkau termasuk orang-orang zalim.” (QS. Yunus; 10:105-106).
Ketiga, berdoalah kepada-Nya baik dalam keamanan senang maupun susah. Firman Allah
SWT: “Apabila naik ke dalam bahtera, mereka berdoa kepada Allah dengan penuh rasa pengabdian (ikhlas) kepada-Nya. Akan tetapi, ketika Dia (Allah) menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan (Allah).” (QS. Al-‘Ankabut; 29:65).