Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda berikut ini: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling
bermanfaat bagi manusia.” (HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni).
Ketiga, kehidupan yang hanya ditopang oleh rezeki yang halal. Setiap manusia tentu
membutuhkan rezeki berupa makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal, kendaraan dan kebutuhan-kebutuhan hidup lainnya.
Untuk itu, ia harus mencari nafkah dengan berbagai usaha yang halal,sehingga akan menghasilkan rezeki yang halal juga. Bagi seorang muslim, terpenuhinya rezeki secara
halal merupakan salah satu prinsip hidup baik yang senantiasa tertanam dalam hati, diucapkan
melalui lisan, dan dibuktikan dengan perbuatan.
Firman-Nya: “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan, karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al-Baqarah; 2:168).
Keempat, kehidupan yang dilandasi oleh rasa syukur dan sikap qanaah serta ridha Allah
(mardhatillah). Apapun karunia yang datang dari-Nya akan senantiasa diterimanya dengan penuh keikhlasan dan kesyukuran, tanpa menunjukkan kekesalan dan kekecewaan.
Kehidupan yang dipenuhi rasa syukur, qanaah dan selalu diridhai Allah SWT adalah yang disebut hayatan thayyibah (kehidupan yang baik), sebagaimana Firman Allah SWT: “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangatlah pedih.” (QS. Ibrahim; 14:7).
Empat kriteria hayatan thayyibah (kehidupan yang baik) itu lah yang merupakan pohon
amal shaleh sebuah buah dari ibadah Ramadhan 1446 H yang dikerjakan sekarang ini, yang buahnya akan dipanen di dunia ini, terlebih lagi di akhirat kelak berupa pahala dari Allah SWT.
Untuk itu, setiap muslim harus selalu berdo'a sebagaimana do'a yang sering dipanjatkan oleh Rasulullah SAW yang kita mengenalnya sebagai doa sapu jagat; yakni : “Rabbana aatina fid dunya hasanah wa fil aakhirati hasanah, wa qina ‘adzaaban naar” yang artinya: “Ya Allah, karuniakan kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan selamatkanlah kami dari siksa neraka.” (QS. Al-Baqarah; 2:201).*
Penulis : Dr. H. Khamim Zarkasih Putro, M, Si.,
Dosen Program Magister dan Doktor FITK UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,
Ketua Dewan Pendidikan Kota Yogyakarta,
Dewan Penasehat Paguyuban Keluarga Sakinah Teladan (KST) Provinsi DIY,
Ketua Keluarga Alumni Pascasarjana UGM (KAPASGAMA)