KASUS bunuh diri di Gunungkidul belum juga teratasi. Meski sudah ada Satgas Pencegahan Bunuh diri, tetap saja ada orang nekat membunuh dirinya sendiri. Kali ini dialami seorang nenek usia 72 tahun di Panggang Gunungkidul beberapa hari lalu. Ia ditemukan sudah tak bernyawa dengan kondisi leher terlilit tali di dekat kandang ternak rumahnya.
Sang suami kaget bukan kepalang mendapati istrinya sudah tak bernyawa terduduk di tiang kandang ternak. Polisi yang mendatangi lokasi kejadian tak mendapati tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban. Korban sengaja mengakhiri hidup dengan cara gantung diri. Lantas mengapa lansia tersebut nekat mengakhiri hidup ?
Diduga karena alasan ekonomi. Pun tak ada riwayat penyakit menahun pada korban. Atas kejadian tersebut, tak ada pihak yang dapat dimintai pertanggungjawaban hukum. Dalam kasus bunuh diri memang tak ada yang dapat diancam hukuman, kecuali terbukti ada orang yang sengaja membujuk atau memberi kesempatan orang lain untuk bunuh diri.
Baca Juga: Ramalan zodiak Leo sepekan berlaku mulai Minggu 18 Agustus 2024, Anda dapat memenangkan permainan
Apakah kasus ini masuk kategori biasa saja, karena sering terjadi ? Mestinya jangan dianggap biasa, karena menyangkut nyawa manusia dan terkait dengan banyak aspek, terutama ekonomi. Aparat pemerintah setempat mestinya melakukan pendalaman mengenai motif ekonomi ini. Misalnya, apakah yang bersangkutan selama ini menerima bantuan sosial (bansos) atau justru terlewatkan ?
Tentu ini menjadi bahan evaluasi pemerintah daerah setempat, khususnya Dinas Sosial untuk proaktif mengunjungi warga yang dirasa kurang mampu atau miskin. Yang jelas, kasus bunuh diri jangan dianggap hal biasa lantaran sering terjadi. Melainkan problem laten yang harus diantisipasi para pemangku kepentingan, termasuk tokoh masyarakat.
Seringnya muncul kasus bunuh diri, sekaligus juga menunjukkan bahwa Satgas Pencegahan Bunuh Diri yang ada di wilayah Gunungkidul belum atau tidak efektif, inilah yang harus menjadi bahan renungan. Harus dicari cara-cara efektif untuk menyadarkan masyarakat soal arti pentingnya hidup. Hidup adalah karunia Tuhan yang tidak boleh disia-siakan.
Sosialisasi tak cukup hanya melaui media sosial, melainkan juga perlu dilakukan secara langsung, kalau perlu door to door, sehingga jelas apa yang sedang dialami warga. Dengan cara itu, pencegahan menjadi lebih efektif. Cegah orang bunuh diri harus menjadi prioritas utama. (Hudono)