AKSI barbar kembali terjadi di Bantul, melibatkan kilitih. Seorang pelajar yang bekerja paruh waktu sebagai driver ojek online (ojol) menjadi korban pembacokan.
Peristiwa itu terjadi pada Minggu pekan lalu sekitar pukul 03.00 saat korban mengantar pesanan makanan online di Jalan Pemuda Dusun Teruman, berpapasan dengan rombongan tujuh sepeda motor. Entah bagaimana awalnya, rombongan berbalik arah dan mengejar korban, salah seorang di antaranya membacok mengenai punggung.
Usai membacok korban, pelaku langsung kabur, sementara celurit masih menancap di bahu korban. Korban awalnya dilarikan ke rumah sakit terdekat, namun kemudian dirujuk ke RSUP Sardjito.
Baca Juga: Polisi Jombang Gelar Sholat Gaib untuk Briptu Rian Dwi Wicaksono
Polisi masih mengejar pelaku pembacokan. Kasus di atas sering disebut sebagai klitih, yakni pelaku kejahatan jalanan yang menganiaya korban tanpa sebab dan motif yang jelas.
Korban, inisial TS (17) sedianya mau mengantar makanan online dari titik di Sewon Bantul menuju Pajangan. Tapi belum sampai makanan diantar, keburu terjadi peristiwa penganiayaan. Apresiasi layak dialamatkan kepada pelajar tersebut yang mau bersusah payah bekerja paruh waktu sebagai driver ojol. Sangat jarang remaja yang bersedia melakukan kerja seperti TS.
Sayangnya, situasi di Jalan Pemuda saat itu tidak aman sehingga ia menjadi korban klitih. Meski begitu polisi perlu meneliti apakah pelaku benar-benar tidak mengenal korbannya. Kalau sama sekali tidak kenal, maka mudah untuk menyimpulkan aksi tersebut kategori klitih. Sebaliknya, bila mengenal, apalagi dari sekolah yang berbeda, boleh jadi ada motif sentimen atau ingin balas dendam.
Baca Juga: Begini Cara Pengajuan Akun PPDB Jateng 2024 dan Aktivasi ppdb.jatengprov.go.id
Namun, apapun itu, jalanan di Bantul suah selayaknya steril dari aksi kejahatan, termasuk klitih. Tak boleh ada orang, siapapun, menenteng senjata dan menakut-nakuti pengguna jalan. Berkaitan itulah kita mendorong aparat kepolisian untuk mengintensifkan patroli di kawasan rawan kejahatan, kalau perlu dilakukan secara bergilir.
Begitupun warga, diharapkan menghidupkan sistem keamanan lingkungan, seperti ronda, untuk mengantisipasi berbagai hal yang tidak diinginkan, termasuk peristiwa di atas. Pertahanan wilayah kampung menjadi sangat efektif ketika partisipasi warga cukup tinggi.
Sebaliknya, bila warga abai, dikhawatirkan pelaku kejahatan tidak akan takut berbuat onar. Klitih harus diberantas, siapapun pelakunya. Jalanan di DIY harus terbebas dari aksi kejahatan jalanan. (Hudono) *