KEJAHATAN siber makin masif. Hampir semua institusi, baik pemerintah maupun swasta berhasil diretas penjahat. Tentu mereka memiliki kemampuan, baik dari segi pengetahuan maupun teknologi, sehingga berhasil membobol akun google milik individu maupun korporasi. Tentu ini sinyal membahayakan bagi keberlangsungan kehidupan dunia digital di Indonesia.
Yang paling heboh di DIY, ratusan akun resmi hotel dibobol penjahat, sehingga yang tercantum di akun resmi adalah nomor palsu. Ketika konsumen hendak reservasi pemesanan kamar hotel misalnya, mereka akan terhubung dengan nomor palsu, karena nomor asli telah diganti oleh oknum tak bertanggung jawab.
Tentu ini menjadi tantangan bagi dunia usaha, khususnya di bidang perhotelan. Tak kurang 55 hotel di DIY telah melaporkan pembobolan akun resmi hotel ke Polda DIY. Akankah Polda DIY melalui divisi siber mampu mengatasi kejahatan ini ? Harapan kita semua bisa teratasi. Apalagi, melihat track record Polda DIY sudah berulangkali berhasil menanggulangi kejahatan siber.
Boleh dikata, para penjahat siber ini beradu tangkas dan cepat dengan aparat penegak hukum. Jadi, aparat kepolisian jangan sampai kalah dengan mereka, terus mengembangkan ilmu dan keterampilan. Polisi dalam hal ini bisa bekerja sama dengan perguruan tinggi serta jajaran Kementerian Kominfo.
Data pribadi, baik individu maupun korporasi dibobol penjahat, memang bukan fenomena baru. Bahkan, kalau mau jujur, data kita pun sebenarnya sudah bocor ke mana-mana. Lantas, siapa yang membocorkan ? Bisa dari instansi resmi yang dilakukan oleh oknum tak bertanggung jawab. Sehingga, sering kita tiba-tiba menerima telepon dari seseorang yang mengaku kenal denga kita. Padahal, mereka hanya membeli data dari pihak tertentu.
Pihak tertentu itulah yang menjual data kita dengan harga bervariasi, tergantung tawar menawar. Jadi, diyakini, data pribadi kita sebenarnya sudah tak ada yang masuk kategori rahasia. Lantas, bagaimana bila dikaitkan dengan perlindungan data pribadi sebagaimana tertuang dalam undang-undang ? Jawabnya, perlindungan itu baru sebatas teori atau wacana, namun dalam implementasinya masih sangat jauh dari harapan.
Baca Juga: Tampil dominan sepanjang laga, Barcelona kalahkan Valencia 2-1 lewat sepasang gol Lewandowski
Karena itu kita mendorong pengambil kebijakan untuk lebih memahami situasi di lapangan sehingga antara aturan dan pelaksanaan tidak njomplang. Hukum harus memiliki kekuatan yuridis sekaligus sosial yang teraplikasi di kehidupan nyata, bukan di awang-awang. (Hudono)