BISA dibayangkan bagaimana suasana mencekam ketika dua nelayan terombang-ambing di tengah laut tanpa kejelasan. Dua nelayan itu, yakni Samuri (60) dan Pardi (50), keduanya warga Girisubo Gunungkidul hanya bisa terima nasib ketika mesin kapal mati dan tak bisa dikendalikan hingga terombang-ambing di tengah laut, Jumat pekan lalu.
Mereka pun hilang kontak dengan pemilik kapal, hingga akhirnya sang pemilik kapal meminta bantuan SAR untuk mencari keberadaan dua nelayan tersebut.
Tim SAR yang terdiri enam kelompok ini pun menyisir dari segala penjuru. Alhasil, hingga hari ketiga pencarian, kedua nelayan tersebut ditemukan selamat, meski dalam kondisi lemas. Mereka kemudian dievakuasi dan harus menjalani perawatan medis. Tentu ini menjadi pengalaman berharga, baik bagi kedua nelayan maupun pemilik kapal.
Bersyukur Tim SAR bisa menemukan keberadaan mereka. Bayangkan, seandainya mereka tidak ditemukan, boleh jadi akan sangat sulit untuk bertahan hidup. Itulah perjuangan nelayan pencari ikan untuk bertahan hidup.
Melayar ke tengah laut untuk mencari ikan, bukanlah pekerjaan yang mudah. Gelombang tinggi yang siap menerkam adalah risiko yang harus mereka hadapi. Bahkan acap terjadi perahu terbalik dihantam gelombang hingga nelayan tewas terlilit jaring.
Tentu muncul pertanyaan, sejauh mana perlindungan keselamatan nelayan ? Apakah lantaran mereka bukan pemilik kapal, lantas tak perlu mendapat jaminan keselamatan ? Seharusnya pemilik kapal atau bosnya nelayan peduli terhadap keselamatan anak buah. Nelayan berhak mendapat jaminan keselamatan, juga asuransi. Nyawa mereka sangat berharga, sehingga harus dilindungi.
Soal bagaimana teknisnya, dengan sistem iuran atau sharing antara nelayan dengan pemilik kapal tentu itu bisa diatur. Yang penting saling menguntungkan dan bertanggung jawab.
Dengan kejadian tersebut, perlu kiranya disiapkan peralatan untuk mengantisipasi kejadian darurat, seperti mesin mati, kapal terbalik dan sebagainya. Keselamatan harus menjadi prioritas utama. Jangan hanya karena ingin ekonomis, namun keselamatan terabaikan.
Lebih dari itu, sistem komunikasi harus benar-benar diperhatikan dan menjadi faktor utama. Ketika terjadi sesuatu, kecelakaan misalnya, maka peralatan untuk komunikasi harus benar-benar berfungsi, sehingga memudahkan bagi penolong atau Tim SAR.
Terombang-ambing di tengah laut, tanpa persediaan makanan yang memadai adalah fenomena yang sangat menyentuh hati, karena butuh perjuangan untuk bertahan hidup. (Hudono)