SEORANG lansia di Bantul, Sri Rejeki (59), warga Karangtalun Imogiri Bantul patut bersyukur nyawanya selamat, setelah tercebur di sumur berkedalaman sekitar 5 meter baru-baru ini.
Insiden itu terjadi ketika ia berjalan merambat dan tak sengaja tangannya menggapai dinding sumur dan menyentuh penutup sumur yang rapuh hingga tercebur.
Untungnya suara korban yang menjerit didengar oleh kerabat yang kemudian berusaha menolong menggunakan tali. Dengan bergotong royong, warga akhirnya berhasil mengeluarkan Sri Rejeki dalam kondisi selamat. Kasus tersebut murni kecelakaan, sehingga tak ada pihak yang dapat dimintai pertanggungjawaban.
Baca Juga: Gandeng IPB University, LPS Rehabilitasi Ekosistem Mangrove di Nusa Bantarloji Cilacap
Lantas, andaikata Sri Rejeki tidak selamat, siapa pula yang bertanggung jawab ? Meski peristiwa itu akibat keteledoran, sebenarnya dapat diantisipasi. Caranya dengan mengupayakan agar sumur tersebut tidak membahayakan, baik bagi diri sendiri (pemilik sumur) maupun orang lain.
Sebenarnya, seperti lazimnya sumur-sumur di pedesanaan, bibir sumur sudah dibikin agak tinggi agar tidak membahayakan, tidak mudah orang terperosok.
Tapi namanya saja sumur tradisional, tetap membahayakan ketika digunakan. Ada saja peluang orang untuk tercebur, baik karena terpeleset maupun karena terjun. Ini berbeda dengan sumur modern yang menggunakan pompa, relatif lebih aman karena tidak menggunakan model bibir sumur.
Jenis sumur bor jauh lebih aman lantaran tidak meninggalkan lubang besar, melainkan hanya seukuran pipa untuk menyedot air tanah. Beruntung bagi Sri Rejeki karena sumur relatif tidak dalam, hanya sekitar 5 meter.
Baca Juga: Diminta Menata Direktorat LUKW PWI Pusat, Firko: Ruang Baru Pengabdian di Organisasi
Bila lebih dari 10 meter, seperti sumur di wilayah Gunungkidul tentu risikonya lebih besar. Bila korban terjatuh, bukan hanya bisa terbentur benda, tapi juga bisa kekurangan oksigen lantaran kedalamannya lebih dari 10 meter.
Bila tidak ada pertolongan cepat, nyawa korban bisa melayang lantaran kekurangan oksigen. Tentu ini berbeda dengan beberapa kasus bunuh diri di Gunungkidul dengan cara menceburkan diri ke sumur.
Pelaku yang sekaligus korban memang sengaja mengakhiri hidup dengan cara menceburkan diri ke sumur. Harapannya tentu tidak ditolong, sehingga tewas.
Baca Juga: Tarif Sewa Rumah Khusus di Kota Magelang yang Dibangun Kementerian PUPR
Terkait kasus bunuh diri di Gunungkidul sudah ada tim atau Satgas Antibunuh diri yang tugasnya mencegah orang agar tidak bunuh diri. Tim ini belum cukup efektif karena hampir setiap bulan ada saja kasus bunuh diri di Gunungkidul. (Hudono)