FENOMENA politik belakangan ini tak seperti biasanya, banyak kejutan dan kontroversial, terutama terkait dengan kontestasi menuju Pilpres 2023.
Sejumlah elite bikin manuver yang membuat masyarakat bingung dan tak tahu apa yang sedang terjadi. Padahal, kebanyakan masyarakat hanyalah penonton yang tak bisa berbuat apa-apa.
Seperti kita pahami, berdasar konstitusi capres dan cawapres diusulkan oleh parpol atau gabungan parpol yang memenuhi syarat perolehan suara ambang batas.
Baca Juga: Nilai investasi pelaku UMKM di Sukoharjo capai Rp 184.132.737.319
Artinya, rakyat tidak terlibat langsung menyodorkan jagonya, siapa yang bakal menjadi capres maupun cawapres. Paket capres-cawapres ditentukan oleh parpol atau gabungan parpol untuk kemudian didaftarkan ke KPU.
Barulah setelah KPU secara resmi menetapkan pasangan capres-cawapres, rakyat dilibatkan langsung untuk memberikan suara sesuai paket yang telah ditetapkan KPU. Masyarakat hanya menerima jadi, dan tidak terlibat dalam proses penggodokan capres maupun cawapres.
Perkembangan teranyar, putera sulung Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming Raka diusung Koalisi Indonesia Maju sebagai bakal cawapres mendampingi Prabowo Subianto. Padahal, jelas-jelas Gibran adalah kader PDI Perjuangan dan telah menyatakan tetap setia serta mendukung Ganjar Pranowo dalam Pilpres 2024. Mengapa kini ia menerima pinangan Koalisi Indonesia Maju untuk mendampingi Prabowo Subianto ?
Baca Juga: Deteksi Dini Penyakit Jantung Bawaan, BCA Serahkan Bantuan Alat Medis kepada UGM
Inilah yang menjadi pertanyaan publik. Kalau Gibran menerima pinangan Prabowo, maka otomatis ia dicoret dari kader PDI Perjuangan. Dengan kata lain, untuk tidak menyebut berkhianat, Gibran telah mengingkari pernyataannya sendiri.
Pertanyaan selanjutnya, apakah langkah Gibran tidak sepengetahuan Jokowi ? Rasanya tak mungkin tanpa pengetahuan dan restu Jokowi. Hal itu terungkap ketika Presiden Jokowi menyatakan bahwa Gibran sudah dewasa, bisa menentukan sendiri pilihannya. Sebagai orangtua Jokowi hanya bisa merestui.
Dari pernyataan tersebut gampang disimpulkan bahwa langkah Gibran untuk menyeberang dari PDI Perjuangan dan berlabuh di Koalisi Indonesia Maju, sudah seizin ayahnya, Jokowi. Tak hanya itu. Putra bungsu Jokowi Kaesang Pangarep yang menjadi Ketua Umum PSI juga bukan tanpa sepengetahuan dan restu Jokowi.
Baca Juga: 3 jenis gula ini tak sekadar sebagai pemanis minuman, namun ada manfaat kesehatannya
Kini kritik banyak dialamatkan kepada Jokowi yang dinilai menerapkan politik yang tidak etis. Jokowi bisa menjadi presiden hingga dua periode tak lain karena dukungan PDI Perjuangan.
Bahkan, Gibran menjadi Wali Kota Solo juga didukung PDI Perjuangan melalui jalur istimewa. Namun, kini semua berubah, seolah jasa PDI Perjuangan dilupakan. Gonjang-ganjing politik dinasti agaknya tak berhenti sampai di situ, dan lagi-lagi rakyat hanya menjadi penonton. (Hudono)