Sri hanya meringkuk, menahan rasa takut yang memuncak, ia menahan diri, sekuatnya, untuk tidak menjawab, siapapun itu.
Tapi, teror Dela, tidak berhenti sampai di situ, “Sri nek kate tilem, liline dipateni yo (Sri, kalau sudah mau tidur, lilinnya dimatikan ya),”
Tiba-tiba lilin di atas meja itu padam dengan sendirinya, bersama hilangnya teror Dela.
Malam itu berlanjut, dalam gelap, Sri tenggelam dalam tangisan,
dan ketakutan tergila.*