Keduanya berjalan dan sampailah di Sinden, bangunan yang menyerupai candi kecil, dengan kolam persegi 4 dan air yang jernih.
Mereka mencari-cari keberadaan bilik dan ketemu di bawah pohon asem besar, rindang, tapi mengerikan.
Sesuai kesepakatan, Nur mandi lebih dulu dan memang benar di dalam bilik ada kendi berukuran besar yang airnya penuh.
Widya menunggu di depan bilik dan matanya tertuju ke sebuah titik, lagi-lagi sesajen.
Baca Juga: KKN di Desa Penari (Versi Widya) Bagian 4: Nisan Aneh, Sesajen dan Ini yang Paling Menakutkan
Terdengar suara air bilasan dari Nur di dalam bilik, setelah mencoba mengalihkan perhatian, Widya baru sadar ada aroma kemenyan di dekat tempatnya berdiri.
Benar saja, di samping pohon asem raksasa itu pun ada sesajen dengan bara kemenyan yang baru saja dibakar.
Antara kaget dan takut, Widya kembali ke bilik dan sudah tidak terdengar suara bilasan dari dalam.
“Nur, Nur,” teriak Widya sambil menggedor pintu kayu, dan anehnya, suasana tetap hening tidak ada jawaban dari dalam.
Baca Juga: Lebih dari Seminggu Tiga Nelayan Belum Ditemukan, Tim SAR Temukan Kartu Identitas dan Baju Pelampung
Terdengar sayup suara lirih sekali sampai Widya harus menempelkan telinganya ke pintu bilik.
Suara orang sedang berkidung, kidungnya sendiri menyerupai kidung Jawa, dengan suara yang sangat lembut, seperti seorang biduan.
“Nur, bukak Nur! Bukak!” spontan Widya menggedor pintu dengan keras, dan ketika pintu terbuka, Nur melihat Widya dengan ekspresi wajah panik.
“Nyapo to Wid? (kenapa sih Wid?),” tanya Nur yang kebingungan melihat ekspresi Widya yang terus mencuri pandang ke dalam bilik.
Baca Juga: Kejadian Mistis Main Petak Umpet Masuk Wilayah Pekarangan Makhluk Halus, ini Akibatnya