Efek visual yang canggih semakin mendukung terciptanya atmosfer horor yang meyakinkan. Adegan saat Orlok menghisap darah dari dada Thomas, misalnya, divisualisasikan dengan halus namun tetap efektif, menimbulkan rasa ngeri tanpa harus terlalu eksplisit.
Efek visual juga berperan penting dalam menciptakan momen-momen menakutkan lainnya, seperti saat Orlok bergerak dalam bayangan atau saat ia menampakkan diri di jendela kamar Ellen.
Istri Thomas, Ellen Hutter (diperankan oleh aktris Lily-Rose Depp), mengalami transformasi yang signifikan sepanjang film. Dari seorang wanita muda yang rapuh saat ditinggal pergi suaminya, Ellen berubah menjadi sosok yang berani dan penuh tekad.
Lily-Rose Depp berhasil menghidupkan karakter ini dengan sangat baik, menyampaikan emosi yang kuat dan meyakinkan. Penonton dapat merasakan ketakutan, kesedihan, dan keputusasaan Ellen di awal film, namun juga dapat melihat keberanian dan ketegasan yang tumbuh dalam dirinya seiring berjalannya cerita.
Baca Juga: Mulai 11 Februari 2025, 18 Puskesmas di Kota Yogyakarta Layani Program Pemeriksaan Kesehatan Gratis
Meskipun demikian, ada beberapa kekurangan kecil yang perlu dicatat. Beberapa adegan di film terasa agak absurd dan kurang dieksplorasi, meninggalkan pertanyaan yang tak terjawab di benak penonton. Misalnya, ketika Count Orlok menyeberang daratan dengan kapal untuk mencapai kediaman Ellen saat Thomas "terkurung" di kastil, sulit dipahami alasannya. Dia adalah makhluk supranatural yang bisa mencapai berbagai tempat sekejap mata, mengapa harus susah-susah menaiki kapal?
Selain itu, inkonsistensi dalam penggambaran kekuatan Orlok juga menjadi sorotan. Berkali-kali ditampakkan kengerian Orlok membawa wabah di kapal yang dia tumpangi, menandakan waktu perjalanan yang sangat panjang. Padahal Thomas butuh waktu lebih singkat untuk menyelesaikan perjalanan dari kota ke kastil. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang logika dan konsistensi cerita.
Karakter Anna dan Friedrich serta kedua putri mereka juga kurang menarik perhatian. Padahal kondisi mereka di akhir sangat tragis, sehingga jika tidak membuat penonton terikat secara emosional, keberadaan karakter-karakter tersebut sangat disayangkan.
Baca Juga: Modus Urus Izin Galian C, Penipu Diringkus Satreskrim Polres Salatiga
Menghidupan folklor Dracula
Terlepas dari kekurangan kecil yang ada, kenikmatan cerita "Nosferatu" secara keseluruhan tidak berkurang.
Ini adalah film horor yang menegangkan, dengan atmosfer yang mencekam, penampilan musuh yang menyeramkan, dan adegan-adegan yang membekas dalam ingatan. Film ini berhasil menghidupkan kembali folklor Rumania tentang Drakula dengan cara yang segar dan relevan bagi penonton modern.
Jika Anda menggemari horor klasik khas Eropa abad 19, kesan terhadap eksekusi teranyar "Nosferatu" yang dilakukan Eggers terbilang baik. Film ini cocok ditonton oleh penggemar horor klasik yang mencari tontonan yang dikemas dengan kebaruan.
Dan itu membuat kita berandai-andai, jika suatu waktu folklor Indonesia "Timun Mas" dan "Buto Ijo" pun bisa digarap dengan kualitas serupa, tentu akan menjadi tontonan yang sangat menarik dan membanggakan.(*)