HARIAN MERAPI - Seni hadrah sering disebut pula seni terbang atau rebana masih tetap eksis sampai sekarang. Selain sering dijumpai menyemarakkan berbagai acara, grup hadrah pun banyak dilestarikan seperti di pondok pesantren maupun warga di pedesaan dan perkotaan.
Seperti halnya di Pondok Pesantren Al Falaah, Mlangi Gamping Sleman, grup hadrah yang diberi nama Al Falaah berusaha dilestarikan. Regenarasinya diusahakan tak berhenti, sehingga meski sudah ada yang lulus dari pondok pesantren setempat tetap ada yang meneruskan.
Menurut salah satu tim grup hadrah Al Falaah, Ikhwan AF, seni hadrah yang termasuk warisan budaya takbenda (WBTB) Indonesia memang sudah selayaknya dijaga keberadaannya. Seni hadrah di pondok pesantrennya pun masih mempertahankan kategori tradisional, sebab menggunakan alat-alat musik tradisional.
Baca Juga: Sosialisasi enam pilar transformasi kesehatan, Sukamto : Layanan kesehatan terus ditingkatkan
“Sebagian grup hadrah sudah ada yang menggunakan alat musik modern seperti keyboard dan drum. Sedangkan kami masiih tetap mempertahankan yang kategori tradisional, bahkan sering ada juga lomba hadrah tradisional,” ungkap Ikhwan, baru-baru ini.
Mulai dari anak-anak hingga lansia menyenangi seni hadrah, antara lain iramanya variatif, ada irama rancak hingga menghentak. Alat-alat musik tradisional khususnya rebana cukup dipukul menggunakan tangan, antara lain cocok untuk mengiringi nyanyian dzikir, sholawat maupun lagu-lagu bertemakan pesan – pesan terkait agama, sosial, budaya, lingkungan dan lainnya.
Meski alat musik rebana diperkirakan awalnya berasal dari Timur Tengah dan biasa dipakai untuk memeriahkan berbagai acara, tapi seiring perjalanan waktu bisa meluas ke beberapa negara termasuk indonesia. Lalu mengalami penyesuaian dengan musik tradisional di Indonesia.
Baca Juga: Prakiraan Cuaca Hari Ini, Hujan Ringan Guyur Sebagian Besar Kota Besar di Indonesia
“Selain alat musik yang dimainkan, lagu atau syairnya juga mengalami penyesuaian. Banyak sumber menyebutkan, seni hadrah di Indonesia banyak disebarkan oleh Sunan Kalijaga terlebih di pulau Jawa,” urai Ikhwan.
Rekan Ikhwan, Aditya menambahkan, seni hadrah termasuk Al Falaah cocok untuk memeriahkan berbagai acara, misalnya pengajian-pengajian, syukuran pernikahan, aqiqah, khitanan, peresmian bangunan hingga acara Syawalan. Pihaknya pun siap pula kalau diundang menyemarakkan berbagai acara tersebut.
“Sering pula kami tampil di sela-sela pengajiannya Habib Abdullah bin Umar Assegaf menyemarakkan berbagai acara seperti syukuran pernikahan, khitanan dan aqiqah,” ungkap Aditya.
Baca Juga: Hari Ini KPK Periksa Rafael Alun Trisambodo Sebagai Tersangka
Saat tampil bersama Habib Abdullah bin Umar Assegaf, sebutnya, tim dari grup hadrah Al Falaah biasanya 10 hingga 15 orang. Saat ini pemusiknya antara lain terdiri dari Hilman, Brian, Dika, Aditya Ikhwan, Mamat dan Karim, Sedangkan vokalnya terdiri dari Maftuh, Hamdani serta Usman.
“Selain mampu memberikan hiburan, dengan seni hadrah kami juga meyakini ada banyak manfaat atau fungsi, misalnya sebagai sarana silaturahmi, dakwah, sosialisasi ataupun pendidikan nilai-nilai positif di masyarakat,” papar Aditya.*